"Ekosistem media sosial sangat banyak dengan yang namanya hoax dan kita harus melawan itu semua!" – Budi Pekerti
Budi pekerti merupakan film yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja yang tayang pada 2 November 2023. Budi pekerti sebenarnya memiliki cerita yang sederhana yang mengangkat cyberbullying dan kengerian lainnya terkait perilaku manusia di dalam media sosial. Cyberbullying sendiri merupakan istilah untuk perundungan yang menggunakan teknologi. Wregas Bhanuteja sendiri bukan kali pertama menawarkan film dengan tema-tema isu sosial, film sebelumnya yang berjudul penyalin cahaya pun Wregas menyajikan film yang bertemakan isu tentang kekerasan seksual.
Sinopsis :
Film ini berkisah tentang Bu Prani (Sha Ine Febriyanti), seorang guru Bimbingan Konseling (BK) di salah satu SMP Yogyakarta. Bu Prani yang merupakan guru yang cukup dikenal karena sifatnya yang penuh budi pekerti sehingga ia memiliki kesempatan untuk menjadi calon wakil kepala sekolah. Namun, hal tersebut menjadi sebuah masalah yang kompleks ketika terdapat video yang menampilkan Bu Prani marah-marah di sebuah pasar dan video tersebut menjadi viral.
Sosial Media Menjadi Salah Satu Media Refleksi Diri
Film Budi Pekerti menjadi salah satu film di tahun 2023 yang memiliki konflik erat dengan kehidupan di zaman sekarang yang serba modern, zaman yang serba menjadikan sosial media adalah salah satu platform pertukaran informasi dan mendapatkan informasi dengan cepat. Dibalik kebermanfaatan yang dibawa oleh sosial media, terdapat kengerian yang dapat menjadi bumerang buruk bagi pengguna media sosial, begitu pun yang disajikan dalam film ini adalah usaha dalam menelisik bagaimana kengerian-kengerian media sosial itu terjadi. Dalam film ini reputasi baik Bu Prani hancur seketika hanya karna video berdurasi hitungan detik saja, fenomena sosial yang diangkat dalam film ini dibawakan secara realistis dengan menampilkan sisi kemanusiaan dengan penuh emosional.
Seiring berjalannya waktu, permasalahan dalam film ini pun semakin kompleks dengan bukan hanya melibatkan Bu Prani saja tetapi melibatkan satu keluarga Bu Prani yang terdiri dari Tita (Prilly Latuconsina), Muklas (Angga Yunanda), dan Didit (Dwi Sasono) yang mengidap bipolar. Segala permasalahan dalam film ini tak lebih dari disebabkan oleh peran media sosial yang salah digunakan, penyalahgunaan sosial media yang justru malah berdampak jadi sebuah masalah bagi orang tertentu. Kengerian dampak penyalahgunaan media sosial dalam film ini pun bisa saja terjadi terhadap kita, karena apa yang ada dalam film ini sangat begitu mencerminkan bagaimana pola masyarakat hari ini dalam menggunakan media sosial. Film ini bisa menjadi salah satu media refleksi diri untuk dapat lebih bijak dalam bermedia sosial, film ini pun menampilkan sisi kekeluargaan yang di mana Bu Prani dan keluarganya berusaha untuk mengembalikan reputasinya yang hancur oleh karena penyalahgunaan media sosial.
Akting Para Aktor Yang Patut Diapresiasi
Diisi oleh jajaran aktor ternama seperti, Sha Ine Febriyanti, Dwi Sasono, Prilly Latuconsina, dan Angga Yunanda film ini sukses memberikan pengalaman yang mendalam bagi penonton dengan akting yang penuh emosional. Bu Prani sebagai salah satu tokoh penting dalam film ini yang sepanjang film sukses memberikan gambaran bagaimana perasaannya terkait permasalahan yang sedang dihadapinya, dan Dwi Sasono sebagai suami Bu Prani pun mampu memberikan akting yang cukup memuaskan dengan menggambarkan sosok bapak yang mengidap bipolar, lalu ada kedua anaknya bernama Muklas yang diperankan oleh Angga Yunanda dan Tita yang diperankan oleh Prilly ini pun sukses memberikan penggambaran bagaimana perasaan seorang anak yang mau tidak mau ikut terdampak atas permasalahan yang sedang dihadapi oleh keluarganya, kedua anaknya memiliki caranya masing-masing dalam menyelesaikan seluruh akar permasalahan yang sedang dihadapi.
Makna Kompleks Dalam Upaya Merefleksi Diri
Cerita yang sederhana serta berkaitan dengan isu yang selalu erat dengan kehidupan masyarakat menjadikan film ini memiliki makna yang kompleks dalam upaya merefleksikan diri terhadap penggunaan media sosial. Film ini menyajikan pesan-pesan tersirat serta simbol semiotika melalui adegan-adegannya yang menjadikan film ini terasa memiliki pesan yang saling berhubungan satu sama lain. Walaupun film ini bergenre drama dan menampilkan sisi emosional yang banyak, tetapi secara tidak bersamaan pun film ini memberikan kengerian-kengerian yang disebabkan oleh perilaku masyarakat dalam penyalahgunaan media sosial. Film ini bukan hanya sukses menjadi media hiburan tetapi juga sukses memberikan pengalaman yang lebih dari sebatas hiburan, yaitu media refleksi diri bagi masyarakat dalam upaya untuk selalu berhati-hati dalam menggunakan media sosial, karena secara tidak langsung apa yang ada dalam film ini bisa saja terjadi pada kita maka film ini memberikan satu sensasi film bergenre drama tetapi memberikan kengerian secara bersamaan.
Nama : Muhammad Zaidan
Instagram : @sir.aden