Dalam kurun waktu satu tahun, pasti ada saja perayaan atau peringatan hari penting yang dilaksanakan oleh masyarakat suatu negara atau bahkan masyarakat Internasional. Perayaan atau peringatan tersebut lekat kaitannya dengan sebuah kejadian penting yang terjadi di masa lampau atau pun berhubungan dengan tradisi dan keyakinan suatu kelompok masyarakat tertentu. Hari-hari tersebut tersebar di antara 12 bulan dalam rentang waktu satu tahun.
Memasuki bulan November misalnya, masyarakat Indonesia akan memperingati hari Pahlawan yang diadakan setiap tanggal 10 November setiap tahunnya. Peringatan itu digelar guna mengenang kembali perjuangan para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia di masa lalu. Sementara warga Amerika Serikat mengenal sebuah hari Thanksgiving yang jatuh pada tanggal 25 November. Thanksgiving dimaknai oleh warga AS sebagai sebuah upaya mensyukuri hidup dengan cara menghabiskan waktu dengan keluarga di hari tersebut.
Selain contoh di atas, ternyata bulan November juga memiliki sebuah perayaan yang viral di kalangan pengguna media sosial beberapa tahun terakhir. Perayaan ini bernama No Nut November. Lantas, apa itu sebenarnya No Nut November? No Nut November berawal dari sebuah gerakan di mana para anggota komunitas menyuarakan untuk menghentikan aktivitas seks selama sebulan penuh di bulan November. Larangan aktivitas seks itu meliputi larangan menonton tayangan pornografi, masturbasi, ejakulasi, hingga berhubungan intim dengan pasangan sah sekalipun. Gerakan ini mengklaim bahwa menjauhkan diri dari ejakulasi dan menonton tayangan pornografi memiliki banyak kesehatan.
Sebenarnya, No Nut November ini adalah sebuah parodi dari tradisi No Shave November. No Shave November ini adalah sebuah tantangan bagi para pria di mana mereka harus membiarkan kumis atau janggutnya tidak dicukur selama sebulan. Tantangan No Nut November pertama kali diposting di laman Urban Dictionary pada 2011 oleh pengguna bernama “bicboi6969696969” lalu kemudian muncul pada forum diskusi Internasional seperti Reddit dan semacamnya. Tentu, gerakan ini mendapat berbagai komentar pro dan kontra di kalangan pengguna media sosial. Pada tahun 2017, gerakan ini semakin mendapatkan popularitas di media sosial dan dukungan dari komunitas-komunitas besar seperti NoFap yang mendorong anggotanya untuk tidak melakukan aktivitas seksual.
Namun, gerakan ini justru berbanding terbalik dengan kajian medis yang menyatakan bahwa aktivitas seksual yang dalam hal ini adalah masturbasi memiliki manfaat bagi kesehatan. Rena Malik yang merupakan seorang ahli Urologi mengatakan bahwa tidak ada manfaat kesehatan yang diperoleh dengan mengikuti No Nut November ini. Menurut Malik, ejakulasi jelas memiliki manfaat kesehatan seperti mengurangi risiko kanker.
Mungkin, alih-alih menghindarkan diri dari aktivitas seksual seperti masturbasi, ejakulasi, dan berhubungan intim dengan pasangan sah yang secara medis tentu memiliki banyak manfaat kesehatan, No Nut November akan lebih cocok digaungkan sebagai kampanye untuk meregulasi tayangan-tayangan pornografi yang beredar luas di media sosial. Sebab, tayangan-tayangan pornografi yang dikonsumsi oleh berbagai jenjang usia akan memiliki dampak yang mengarah pada perubahan emosional, kognitif, dan psikis masyarakat.
Agus Salim Maolana