Warna dalam Sastra Anak

27/05/2024

Sastra anak telah mengantarkan keberagaman visual serta pemilihan warna yang terang menggugah selera. Sejatinya, sastra anak tidak jauh berbeda dengan karya sastra untuk orang dewasa, yang berbeda terdapat dalam pemilihan kata yang sederhana dan mudah untuk dipahami oleh anak-anak, visual dalam bagian buku yang menunjang daya imajinasi seorang anak-anak, visual cover dengan pemilihan warna yang terang dan cerah dalam artian mencolok berfungsi untuk memberikan daya tarik bagi para anak-anak. Selain itu, beberapa perbedaan antara sastra anak dengan sastra untuk dewasa adalah bagaimana cara nilai kehidupan yang disampaikan di dalamnya. Identitas sastra anak berfokus pada hasil karya berupa fabel, mitos, legenda, serta sajak anak. Menurut (Reynolds, 2011) Sastra yang diciptakan untuk dinikmati oleh pembaca anak-anak, berupa cerita rakyat, dongeng, mitos dan legenda, sajak anak (lisan) sampai ke masa ebook, fan fiction, games, dapat dikatakan sebagai sastra anak.

 

Sastra anak memberikan suguhan berupa ilmu pengetahuan dan hiburan yang masih satu linear dengan pengertian dulce et utile. Pada hakikatnya karakteristik sastra anak berbeda dengan karakteristik sastra bagi orang dewasa, hal ini dapat dilihat dari citraan dan metafora kehidupan yang dikisahkan baik dalam hal isi (emosi, perasaan, pikiran, saraf sensoris, dan pengalaman moral) maupun bentuk (kebahasaan dan cara-cara pengekspresian) dapat dijangkau dan dipahami oleh anak. Keluasan imajinasi anak-anak merupakan satu hal yang sering ditemukan dalam karya sastra anak. Sastra anak dapat berkisah tentang apa saja, tentang dunia anak, tentang berbagai peristiwa yang mesti melibatkan anak bahkan yang menurut manusia dewasa tidak masuk akal. Tidak masuk akal di sini berarti adanya imajinasi berlebihan dalam sebuah karya sastra anak, seperti dalam fabel yang berisikan cerita mengenai hewan yang berperilaku sebagai manusia. Dalam fabel manusia memiliki peran andil minoritas dalam wujudnya, atau bahkan tidak sama sekali. Fabel memberikan pesan pesan kehidupan yang mengandung moral. Pada fabel dapat dilihat bagaimana terdapat hal yang tak masuk akal bagi orang-orang dewasa, namun dalam sastra anak hal ini merupakan hal yang wajar karena untuk menumbuhkan daya imajinasi para pembacanya. Daya imajinasi yang kuat dalam sastra anak menghadirkan fungsi tersendiri dalam upaya mengembangkan pola pikir anak dan daya berpikir anak dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

 

Sasaran pembaca bagi sastra anak berada dalam kisaran 1-12 tahun. Menurut Huck (dalam Nurgiyantoro, 2005) membagi kategori pembaca anak menjadi,  Usia 1-2 tahun,  pra-sekolah dan kanak-kanak usia 3,4 sampai 5 tahun, Masa sekolah yaitu 6-7 tahun, elementary tengah 8 dan 9 tahun, elementary akhir usia 10, 11, dan 12. Namun perlu digaris bawahi bahwa tidak semua karya sastra yang tokohnya anak-anak termasuk dalam kategori sastra anak. Hal yang mampu dilihat dari penentuan apakah sebuah karya sastra yang tokohnya anak-anak mampu dikatakan sebagai kategori sastra anak adalah pemilihan kata yang digunakan di dalamnya.

Sastra anak sendiri memiliki keterbatasan kata-kata dan cenderung sederhana. Selain itu, berisi dimensi kehidupan yang dekat dengan anak-anak biasanya berisikan tentang kekeluargaan, pertemanan, sekolah. Kesederhanaan kata serta dimensi kehidupan ini merupakan penunjang untuk tercapainya fungsi dari sastra anak itu sendiri berupa melatih kebiasaan anak untuk membaca, membantu perkembangan intelektual dan psikologi anak, mempercepat perkembangan bahasa pada anak, meningkatkan imajinasi pada anak, pun secara tidak langsung bisa membentuk kepribadian seorang anak karena tokoh, watak, dan sifat.

 

Sastra anak memiliki dunia imajinasinya yang bisa dikatakan ‘hiperbola’ dari sastra yang peruntukannya untuk orang-orang dewasa, hal ini karena didasari oleh sasaran pembaca yang ditujukannya adalah anak-anak. Isi yang berlebihan tersebut menjadikan sastra anak memiliki keunikan. Bukan hanya keunikan dari segi isi saja, namun dari visual serta warna yang ada dalam karya sastra anak menjadi keunikan lain yang membedakan karya sastra anak dengan karya sastra bagi orang-orang dewasa.

 

 

Muhammad Zaidan. Instagram sir.aden