Siapa yang tak ingin jika pahlawan super asal negerinya sendiri bisa mentereng di kenal luas dan nongol di layar lebar-layar lebar nasional, bahkan mancanegara layaknya para anggota Superhero Avengers besutan Marvel Cinematic Universe atau Justice League-nya DC yang kini baru diambil alih oleh salah satu sutradara sekaligus produser paling berpengaruh di perfilman superhero Hollywood, James Gunn.
Harapan itu sebenarnya mulai mekar ketika pada tahun 2019, Joko Anwar merilis sebuah film ambisius bertema pahlawan lokal asli karya anak bangsa yang berjudul Gundala. Gundala sebenarnya adalah tokoh komik ciptaan Hasmi yang muncul pertama kali dalam komik Gundala Putra Petir pada tahun 1969 dan menjadi begitu populer di kalangan anak remaja kala itu hingga akhirnya diadaptasi menjadi sebuah film pada tahun 1981. Gundala sendiri adalah nama lain dari seorang laki-laki bernama Sancaka, yang sedari kecil sudah dianugerahi sebuah kekuatan berupa kemampuan untuk mengendalikan petir dan siap untuk menumpas segala kejahatan yang ada di tanah air bersama para pahlawan lain.
Pada Agustus tahun 2019, sebuah konsep besar mengenai semesta pahlawan yang eksis di negeri kita ini mulai diperkenalkan oleh produser Screenplay Bumilangit, Bismarka Kurniawan dan Joko Anwar dalam tajuk peluncuran Jagat Sinema Bumilangit jilid satu yang diawali oleh film Gundala yang rilis di bulan yang sama. Film yang naskahnya ditulis dan disutradai oleh seorang sutradara sekaliber Joko Anwar ini tentu mendapat banyak perhatian. Produksi film ini pun melibatkan banyak pihak, antara lain Screenplay Films, Legacy Pictures, Ideosource Entertainment, dengan pemilik hak cipta Gundala, yakni Bumilangit Studios. Ya, Jagat Sinema Bumilangit inilah yang kira-kira nantinya digadangkan menjadi MCU-nya Indonesia, dengan sederet pahlawan lokal yang tak kalah keren dan hebat dibanding superhero luar.
Tiga tahun pasca kesuksesan Gundala menyuguhkan jagat pahlawan di hadapan para penonton bioskop tanah air, membuat Bumilangit kembali merilis sebuah film berjudul Sri Asih yang dibintangi oleh aktor kenamaan tanah air, seperti Pevita Pearce dan Reza Rahadian. Namun nasib kurang baik justru menjungkirbalikkan optimisme Bumilangit untuk membangun semesta pahlawannya sendiri. respons penonton film Sri Asih bahkan tak menyentuh setengah dari film pendahulunya.
Mungkin Bumilangit studio merasa ada yang salah dalam proses promosi mereka terhadap film Sri Asih hingga sepi penonton. Tak mau mengulangi kesalahan yang sama, mereka jauh lebih gencar mempromosikan film ke-tiga dari proyek semesta bumilangit ini, yakni film berjudul Virgo and The Sparklings, di mana tokoh utama film yang bernama Riani ini pada akhirnya nanti akan Team-Up bersama Gundala dan juga Sri Asih serta pahlawan lain yang sampai hari ini belum muncul di layar lebar. Segala cara telah dilakukan oleh Bumilangit Studios untuk mendongkrak penonton Film Virgo and The Sparklings ini, namun nasib baik belum juga kembali berpihak. Penonton Virgo and The Sparklings malah lebih mengkhawatirkan dibanding film Sri Asih. Lantas apa yang salah dengan proses pembangunan semesta Jagat Bumilangit ini? Apakah ambisi yang terlampau tinggi tidak dibarengi dengan penggarapan serta marketing yang maksimal? Hingga membuat dua film terbarunya sepi penonton?
Hal itu nampaknya akan sedikit terjawab ketika serial berjudul Tira yang mana merupakan bagian langsung dari jagat Bumilangit ini akan segera tayang di DisneyHotstar+. Masih ada harapan untuk jagat Bumilangit, mengingat Tira yang akan tayang lebih mudah diakses oleh masyarakat. Semoga kita bisa menyaksikan para pahlawan lokal negeri kita bekerja sama menumpas segala kejahatan yang mengancam kestabilan dunia.