Setelah sekian lama tak mendapat dukungan dan malah banyak mengantongi kritikan pedas dari pecinta sepak bola Nasional, PSSI kini tampak sadar diri dan mulai berbenah. Benarkah?
Pada hari Minggu, 28 Mei 2023, bertempat di Hotel Intercontinental, PSSI resmi menggelar Kongres Biasa guna merumuskan langkah jitu agar sepak bola Nasional mampu unjuk gigi di mata Internasional. setelah sehari sebelumnya kepengurusan PSSI resmi dilantik oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), tak butuh waktu lama bagi PSSI periode 2023-2027 yang dikomandoi oleh Erick Thohir untuk langsung mengambil langkah strategis guna merumuskan usaha-usaha perbaikan sepak bola Nasional yang beberapa tahun terakhir justru malah disibukkan oleh kontroversi-kontroversi internal PSSI, tanpa dampak signifikan bagi pengelolaan sepak bola Nasional yang tampak sudah terlalu lama stagnan.
Ada beberapa hal yang dihasilkan dalam Kongres Biasa tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI baru bahwa perlunya transformasi dan komersialisasi dalam membangun sepak bola Nasional.
Menyimak apa yang dipaparkan oleh kepengurusan PSSI baru ini, sedikit memberi angin segar dan memperjelas arah gerak PSSI selaku Induk sepak bola Indonesia. Bahkan, dua minggu terakhir bulan Mei ini masyarakat banyak mendapat kejutan positif. Mulai dari Timnas Indonesia U-22 yang berhasil membawa pulang emas Sea Games 2023 setelah 32 tahun lalu terakhir kita dapatkan, hingga pengumuman resmi terkait akan digelarnya pertandingan antara Tim Nasional Indonesia menghadapi sang juara World Cup 2022, Argentina. Laga Fifa Match Day Grade “A” yang rencananya akan berlangsung tanggal 19 Juni tersebut seperti menjadi pelipur lara dan permohonan maaf dari Erick Thohir sendiri selaku Ketua PSSI baru, ketika Indonesia gagal menjadi tuan rumah Fifa World Cup U-20 yang sebelumnya akan dimulai pada bulan Mei 2023 di Indonesia.
PSSI di bawah komando Erick Thohir tampak paham betul apa yang menjadi keinginan pecinta sepak bola Indonesia sejak lama, yakni percepatan perbaikan sepak bola Nasional secara menyeluruh. Mulai dari pengelolaan Liga yang lebih terstruktur dan terjadwal, penerapan Teknologi demi menjaga kualitas Liga, perhatian lebih terhadap pemilihan wasit sebagai bentuk profesionalisme dan wajah PSSI, serta penjadwalan agenda Internasinal Timnas yang tertata guna memperbaiki peringkat FIFA. Memang, banyaknya masalah yang seperti sudah mengakar dan terlalu menumpuk di tubuh PSSI tak akan dengan mudah dan bisa langsung selesai dengan cepat. Namun, melihat PSSI begitu banyak bekerja kurang lebih satu bulan ini, tampak menjadi sesuatu yang jelas tidak biasa.
Apalagi, sepak bola hari ini adalah sepak bola yang memang harus dibalut oleh entertain, sesuatu yang begitu tampak tak pernah tersentuh oleh sisi pengelolaan yang dilakukan PSSI sebelum-sebelumnya. Entertain di sini bukan merujuk pada pemahaman bahwa sepakbola telah kehilanga ruhnya sebagai hiburan rakyat, tetapi entertain yang dimaksud adalah bagaimana mengemas sepak bola Nasional yang tentu selain menghibur, juga memiliki nilai komersil hingga mampu dilirik dan dipercaya oleh pihak lain. Hal itu tak akan terwujud tanpa adanya pembinaan seluruh stake holder yang terukur dan berkepanjangan dan jaminan keamanan seluruh pelaku persepakbolaan baik nasional maupun pihak luar yang akan datang ke Indonesia.
Terbaru, Ketua Umum PSSI beserta beberapa delegasinya akan berangkat menuju Jerman pada bulan Juni mendatang guna menjalin kerja sama sekaligus menentukan calon Direktur Teknik yang sebelumnya dijabat oleh Indra Sjafrie. Keputusan menghadirkan Direktur Teknik baru dari Jerman tersebut selain karena kualitas, juga tak lepas dari keharusan Dirtek baru untuk menjaga Independensinya guna menilai secara objektif setiap pelatih, baik di Timnas Senior maupun di Timnas kelompok umur.
Menarik untuk kita perhatikan, kejutan dan inovasi apa yang selanjutnya akan dihadirkan oleh PSSI periode 2023-2027 ini. Maju terus sepak bola Indonesia!
Agus Salim Maolana