Menyekap Sunyi
Di tubuh waktu
Aku menyekap sunyi
Menyembunyikan tunas mentari
Tetapi takdir tahu milik siapa
Sejak subuh
Aku menjelma kosakata
Sebab ibu memberi aku pena
Subang, 2021
Pada Tahun Keempat
Waktu melesat
Menyapa tahun keempat
Lantas gegas dengan khidmat
Gumpalan kenang terpaksa dilipat
Diletakkan pada pundak-pundak yang merasa nikmat
Soal masa depan yang dikira selalu hangat
Subang, 2021
Samir Doa
Di tanggul kesedihan
Yang kubisa hanyalah tabah
Memanggul kombinasi nasib dan takdir
Aku tak punya apa-apa
Selain samir doa di antara jemariku nan legam
Subang, 2021
Yang Mengintai Aku
Apakah harus kutidurkan masa lalu?
Di pemukiman waktu
Yang saban hari kutinggalkan
Kala sulur-sulur bahagia berdansa
Sekejap lupa waspada
Sedang diam-diam maut mengintai aku
Subang, 2021
Bertumpuk Cemas
Di jalan nan ganjil
Aku menenggak moksa
Dan menjaring kesedihan
Yang sekarat
Tubuhku bertumpuk cemas
Moga tak kunjung telat
Di pintu tobat
Subang, 2021
Nida Nur Fadillah, kelahiran Subang pada tahun 1999. Menamatkan studi program sarjana dari Universitas Pendidikan Indonesia. Menulis puisi, cerpen, artikel, esai, dan cerita anak. Puisi-puisinya tersiar di media cetak, yakni Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Bangka Pos, Harian Bhirawa, Majalah Elipsis, Radar Cirebon, Malang Post, Radar Tasikmalaya, juga tayang di media online, yaitu Kabar Madura, Gadanama, Kami Anak Pantai, Metafor, Tajdid, Salik, Nolesa, Takanta, dan Langgam Pustaka. Buku antologi cerpen tunggalnya berjudul “Sebelum Dendam Memudar” LovRinz Publishing (2019). Artikel-artikelnya tayang di Portal Berita UPI, IJOCSEE, Tinta Hijau, Mojok, Islampos, Jalan Sirah, dan Ruang Muslimah. Cerita anak perdananya tayang di Cerano. Bagi Nida menulis umpama terapi.