Perjalanan Sungil
mungkin untuk saat ini
ketukan di pintu
jauh lebih menyedihkan
daripada lambaian di dermaga
atau tahlil di pemakaman sekali pun.
sebab ini jalan sudah tak hangat lagi
mungkin kami butuh mantel tebal
sarung tangan tebal
kaus kaki tebal
dan selimut.
atau mungkin
yang kami butuhkan
hanyalah selamat (?)
memang, kami selalu percaya
bahwa tuhan sembunyikan
sengsara dan bahagia
pada ruas waktu
yang suci dan rahasia.
tapi jalan ini benar sungil dan dingin.
kami ingin gegas sampai
di dasar dada ibu
yang tak henti menyala;
membakar rindu
agar doanya tetap hangat
dan selamat.
2023.
Ibu dan Ingatannya tentang Negara
Nak, ingatlah
bahwa negara adalah riak dan bising
di luar jendela kamar kita
di rumah-rumah bedeng
ia menjelma tangis bayi
yang sukar tidur
di dada kurus ibunya
di rumah-rumah gedung
ia menjelma tawa priayi
yang nyenyak tidur
dengan perut tambunnya
dan tubuh negara
persis seperti tubuh Bapak:
kulitnya sudah keriput
dan napasnya agak ngos-ngosan
mengejar mimpi anak-anaknya
di dalam rumah
ia menjelma perkasa
dan penuh cinta
di luar rumah
ia lebih perkasa,
dan penuh luka
Aku ingin kau menjadi kata-kata
yang menumpas duka
di telinga negara
dan aku ingin kau menjadi kereta
yang membonceng Bapak
mengejar mimpi-mimpinya
2023.
Ibu, Bapak, dan Pesan Sepasang Mata Hujan
sepasang mata hujan
mengirim pesan
pada musafir cinta
yang loyo diterjang derita
ia tahu bahwa ibu
tak henti menyala doa
dan bapak
tak jemu mengulur masa
bagi harap dan kabulnya
ia tahu bahwa usia
hanya permainan
dan perjalanan nasib
bagi seorang anak di dunia
ibu menjelma buku petunjuk
dan bapak sebaik-baik peta
bagi langkah dan pilihan anaknya
mereka tahu
nasib tak setajam
duri di tangkai mawar
nasib tak seharum
kembang di pemakaman
dan nasib tak sepanjang
pertemuan Adam dan Hawa
atau sesingkat Isa berbicara
sebagai hamba-Nya.
2023.
Kepada Ibu
Bu, dulu kita sering disebut orang kampung
sebab tinggal di tengah hutan sengon dan ladang-ladang jagung.
tapi sekarang, kita seolah tinggal di kampung orang
sebab pabrik-pabrik sepatu, semen, dan garmen
seperti tumbuh dari biji sengon dan jagung yang kian hilang.
dulu kita dianggap terbelakang
sebab kota telah jauh berkembang
dan kini kita semakin terbelakang
sebab dinding-dinding pabrik semakin menjulang
memunggungi jalan nasib dan nasab anak-anak kita.
dulu kota adalah perbincangan hangat
—bagi cita-cita para tetangga,
sehangat teh pagi di beranda mereka.
dan kini desa jadi perbincangan panas bagi kota
—yang saling rebut sengketa
sepanas hawa di pucuk malam sekali pun.
Bu, bukankah pabrik dan tambang
adalah saudara dari tanah, batu,
hewan, dan pepohon yang lahir
dari rahim yang sama?
tetapi kenapa sejak kelahirannya
tak ada lagi harum dan ranum kemboja
tak ada lagi rimbun daun asam
di balik tanah-tanah basah
dan kuku-kuku jenazah tak lagi
jadi kunang-kunang yang selalu
mengubah kehilangan
jadi satu ketenangan?
Bu, aku semakin takut
pada pemakaman dan kematian
sementara aku tak pernah sudi
untuk hidup 1000 tahun lagi.
2023.