Juni Mabuk Air Mata
Kepada kasih yang dinaungi sedih
Kepadanya rindu bernaung
Kepadanya duka berkabung
Ditubuh seorang gadis senggal nafasnya berlabuh
Lelahnya bertaruh memerah peluh yang luluh.
Dimana lagi senja itu lahir?
Jika bukan dari matamu yang ayu senja itu labuh
Dimana lagi tempat berkabung dari pedihnya pergi ?
Jika bukan dari memori yang abadi.
Karna tiap harinya adalah sedih yang tidak ada jangka waktu,
Luka yang menganga dari pedihnya ditinggalkan, didiamkan dalam kepedihan yang abadi
Bodoh
Aku mendapati dalam bayang, adalah duka lara.
Satu persatu menyambut semaraknya meniadakan bahagia
Walau dalam wajahnya ada serangkaian bahagia yang menyapa;
Ada dalam mimpiku duka itu terlihat abadi, walau aku berharap mati Bersama kenangannya.
Dalam ketiadaanku aku mengharapmu,
Dalam remang nihil cahaya sekalipun bayangmu menari walau air mata meluap
setinggi dada
Bodohnya aku mencinta dalam naungan air mata yang hanya menjadikan duka itu terlihat selalu muda.
Dirimu
Dalam matamu menjadi telaga penuh doa
Tersimpan susunan harap baik dalam mimpi merakit cerita Bersama
Dalam malam pun gugusan bintang yang serupa tersusun rapi dalam menampakan
indahnya dimatamu.
Dengan itu sesekali aku merasa dirumahkan dalam peluk yang hangat
Serta meneduhkan dalam rasanya disuguhkan sepotong ciptaan tuhan dalam
lekuk senyummu yang ranum.
Ingatan
Duka merajam sukma
Rakit merakit kata duka yang tepat
dalam wajah bermuram durja
mendekap sunyi dikelilingi nada elegi
dalam mabuk luka merayakan pesta ditinggalkan serta ditiadakan.
Malam adalah mata pisau yang menikam dalam sunyinya kesendirian.
Jika datang seorang tuanmu, maka hadirkan aku dalam bayangmu agar kau tahu bagaimana rasanya abadi dalam rasa yang tidak terbakar oleh ingatan.
masih ingatkah kau jalan pulang?
masih ingatkah kau jalan pulang?
atau mata indahmu telah Rabun? sedang aku selalu meninggalkan jejak dalam tulisanku.
masih ingatkah kau jalan pulang?
dalam mataku masih dipenuhi dirimu
dalam ingatanku masih di tempati wajahmu.
masih ingatkah kau jalan pulang?
atau sudah lepas menghilang jejaknya
karna aku terkadang melihat kau berjalan kembali berpulang,
atau semua itu hanya bayang saja?
masih ingatkah kau?
dalam tulisanku nyawanya adalah dirimu
dalam harapku adalah memintamu kembali
Raden Muhammad Zaidan aktif di media sosial dengan nama Instagram : @sir.aden