KATRYNA
baru saja suara langkah pergi menjauhi pintu
menyisakan suara keletak kayu dan ibu yang setia
duduk merajut kecemasannya di depan tungku
di jalan kecil berliuk ia pacu langkahnya
bunga-bunga maut semakin bermekaran di udara
anak-anak memandangi jalanan yang kian sunyi
sebuah keranjang kecil bergoyang, menggantung
di lengan kanannya dikepaknya sebungkus kutia,
jus anggur, beberapa potong roti, catatan kecil,
serta sebuah glock model lama
setiba di Kalmius, tak ada lagi ketakutan di matanya
langit yang kian sasar memudarkan wajahnya
bunga-bunga maut berguguran di rambutnya
dengan tangan, perlahan ia membelah sungai
lalu terbawalah sekujur tubuhnya menjadi air,
meliuk di pinggul Kalmius, mengalir menuju muara
yang kekal ⸻ia menjadi sungai seutuhnya
Katryna, yang tiba setelahnya
mungkin kabar sederhana atau
nyanyian riang di malam Paskah
yang sempat terlupa beberapa waktu lalu
2023
TIGA BLOK DARI GEREJA
tiga blok dari gereja menuju utara
kau akan temukan rumah yang dibangun dari batu bara
jendelanya arang dan atapnya api menyala
saat ini waktu bagai selembar buku cerita
yang belum sempat kubaca, namun perang
dan kematian tiba-tiba berada di antaranya
Ivan berlari pulang, bajunya kotor kehitaman
tangannya mengkilap selicin tembaga
langkahnya menggetarkan sisa genangan hujan
⸻ sisa darah yang belum mengering
tiga blok dari gereja menuju utara
ia memunguti sisa pantulan wajah ibu yang pecah
berserakan, sepasang sepatu Anastasya yang belum
sempat diajarinya berdansa, sementara aku
kian dalam menggali kesunyian Donetsk
di antara riuh dentuman yang makin terdengar
2023
SURAT DARI DONBASS
siang ini api menelan langit Donbass
atap-atap kian pucat meninggalkan tetesan hujan
sementara kami yang sembunyi, menyatu dengan batu bara
lampu, beliung serta jeans jadi teman sekaligus senjata
ketika suara-suara itu mulai menebar maut ke dasar waktu
belum lama selepas Paskah kami masih menari,
menyantap hidangan lezat, memainkan musik
lalu mabuk dan seketika bercinta di ranjang empuk
bahkan masih kuingat bau anggur yang sumir
dan dinginnya puisi dari bibirmu
saat ini suara lonceng saling mengabarkan kematian
begitu singkat, katedral tak lagi bergema doa
yang gema tinggal suara dari rasa sakit dan penderitaan
“Razom nas bahato, nas ne podolaty!”
meski hanya sampai pada tembok
yang memantulkannya kembali tapi saat ini
Tuhan benar-benar tak ingin
mendengar nyanyian apa pun.
2022
DI ATAS KAKHOVKA
Masih pukul enam pagi
aku menunggumu di atas Kakhovka
gelombang kecil memantulkan dua buah langit di depanku
⸻aku yakin seperti matamu
tetapi kabut lebih ringkas menutupi segala yang tiba
seperti sebuah isyarat labu yang dibawa malam itu
Banyak yang terdengar dari sini, semacam bunyi
Dan suara-suara yang hilang dari sekian tahun pertemuan
lantas kuterjemahkan seperti ini:
Berdiri di depan pendeta, merapal mantra lalu berciuman
Pesta, anggur yang dingin, dan segala mimpi setelahnya
sebentar lagi
aku bercerita pada dinding waktu, pada gemuruh air
yang lebih deru dari mataku, pada udara yang lebih dingin
dari isi dadaku, pada bayanganmu yang tak kunjung kulihat
datang dari sisi manapun. aku akan hancur bersama Kakhovka,
memeluk seisi kota dan ingatan kita bersama semua hal
yang tidak akan pernah bisa kita pulihkan kembali
2022
DALAM BARA SVIATOHIRSK LAVRA
sepanjang jalan dekat Sviatohirsk Lavra
lembar-lembar waktu mulai terkelupas
dari dinding kota yang dilubangi peluru
para pendoa sesak di bawa kobaran api
doa-doanya berjatuhan di punggung Tuhan
dalam bara Sviatohirsk Lavra
beratus telur menetaskan maut
setelah lama diperam sumsum dan darah
⸻lelaki yang pergi membawa senjata,
jejak kendaraan lapis baja, tiang-tiang menara,
selebaran propaganda, juga Adolf
yang tiba-tiba hidup kembali.
lalu ke manakah Tuhan akan pulang
2023
JAJANG FAUZI, lahir di Ciamis tanggal 23 Desember 1995. Menulis Puisi, Cerpen dan Esai. Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoensia UNSIL. Tulisannya dimuat di beberapa media massa cetak dan daring, serta di beberapa antologi bersama di antaranya: Kicauisme (AMG, 2016), Peony dan Kisah-kisah Lainnya (Ganding Pustaka, 2016), Menanam Puisi (Langgam Pustaka, 2016), Yang Tersimpan Abadi (Langgam Pustaka, 2021).