Kultum untuk Ibu
manakala petang bermandi cahaya
ibunda kesepian,
aku tak pernah menyaksikannya
selengang itu.
aku timbul tenggelam di dekat jendela
lika-liku angin mengintai,
aku ingin berlari
memberinya kultum.
Subang, 2021
Perjamuan di Akhirat
Merakit perjamuan
dengan iringan doa purba,
sejak puluhan tahun silam
memanen usia tanpa dekap ibunda.
ruang gerak sudah koyak
suara-suara datang mengejar rebutan
sendi-sendi menilap,
inilah saat perjamuan itu
di jantung akhirat.
Subang, 2021
Meretas Ingatan
Aku membuat agenda
yang meretas ingat
seperti sekumpulan anak tupai
di antara pohon tufah.
sajak ibunda mendarat
di pelupuk mata,
memberikan sejumput dahaga
aku kehilangan kata.
Subang, 2021
Pertanda
di jantung bayang
ibu mengupas kesedihan
membagikannya pada tetangga,
ia menyeru nama demi nama
seperti pekarangan yang asing
dan itu pertanda
dunia tak lagi sama.
Subang, 2021
Magis Pelukan Bunda
Orang-orang berteriak kalap
tapi belum gila
satu di antaranya menyulam lelah
dipikulnya sampai ujung samudra
selaksa peristiwa dalam bait-bait senja.
dan meski pelukan bunda tak selebar dulu kala
ia masih pulang ke buaian bunda
menceramahi orang-orang di bawah jembatan
“jangan sampai berkawan sesal”
Subang, 2021
Nida Nur Fadillah, kelahiran Subang pada tahun 1999. Menamatkan studi program sarjana dari Universitas Pendidikan Indonesia. Menulis puisi, cerpen, artikel, esai, dan cerita anak. Puisi-puisinya tersiar di media cetak, yakni Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Bangka Pos, Harian Bhirawa, Majalah Elipsis, Radar Cirebon, Malang Post, Radar Tasikmalaya, juga tayang di media online, yaitu Kabar Madura, Gadanama, Kami Anak Pantai, Metafor, Tajdid, Salik, Nolesa, Takanta, dan Langgam Pustaka. Buku antologi cerpen tunggalnya berjudul “Sebelum Dendam Memudar” LovRinz Publishing (2019). Bagi Nida menulis umpama terapi.