Pesta Kecil
Pada sudut paling sepi
Kita rayakan pesta kecil-kecilan ini
Tanpa sanak famili ataupun kembang api
Tanpa lampion, lagu, atau balon warna-warni
Pada sudut paling sepi
Kita buka kado ini
Isinya rembulan, bintang dan sebuah puisi
Yang menguar di udara sejak gerimis terurai
Pada sudut paling sepi
Kita mulai pesta kecil ini
Dengan doa lirih, dan tiupan kecil-pelan
Kita sambut dirimu pada kebaruan
Way Halim, 24 Juli 2020
Menakar Usia
Kita menaruh waktu di dahan-dahan kering pengharapan
Jaraknya menghamba musim
Beralih terus sampai tanggal gigimu
Dari kultus yang rumpang
Menuju keabadian yang tumbang
Aku menjaga detik di ruang gusar
Kau mengembus hari bagai kehausan
Tubuh waktu menjelma perapian
Kita kosong sebagaimana awal penciptaan
Ranjang tempat merebahkan mimpi-mimpi mulai mengeluh
Bau asap dan tanah, mulai menyeluruh
Kau dan aku masih bertatap jalang
Gigi, kita tinggal di belakang
Meski seharusnya kita tidur di altar
Dan orang-orang menyaksikan cintaku abadi
Padamu yang mengabdikan cintamu pada hari
Ketika kita tak lagi bisa menakar usia
November 2019
Diorama
Kulukis rimbun lekuk waktu
Di kanvas kecil berbentuk segi empat
Sisi pertama:
Serpihan gusar mendiami pelupuk daun
Yang nampak pada bola matamu
Bayangnya ranum, begitu ingin kupetik
Dan aku simpan di ruang rahasia
Yang cerita-cerita tentang rindu bersua
Sisi kedua: tetesan air jatuh
Dengan lembut dari pagi yang redup
Terbawa arus sungai
Ke muara terpencil
Jauh dari riuh suara kicau burung
Ricik-ricik mengalun mendiami tubuhmu
Seandainya ia sebuah lagu, engkaulah liriknya
Sisi ketiga: garis-garis raut usia
Tergambar pada lembah wajahmu
Kerut tipis nampak begitu sempurna
Berjajar dengan senyummu
Sisi keempat: semilir angin dari bukit-bukit rendah
Membentuk riak kecil di telingamu,
menggambar debu-debu di udara
membawa rindumu larut
bersama redup cahaya
dan sampailah kita di sudut diorama
tempat lukisan ini aku pentaskan
dengan ornamen-ornamen rindu
yang utuh dan begitu lirih menyatakannya
Lampung, 28 Agustus 2020
Setelah Puisi
Sehabis membaca puisimu, pagi itu
Kutulis fragmen kecil, di bawah titimangsa
Tentang rindu yang telah menjelma kata
Lalu kusimpan di saku kemeja
Kubawa pulang ke desa
Dalam waktu-waktu yang berjalan, hujan turun kemudian
Membasahi seluruh jalan
Dengan penuh kepayahan aku,
Mengingat detil-detil puisimu
Dan fragmen kecil itu
Sampai aku tiba di tapal desa
Aku masih suka melafalkan
Diksi yang setia menemaniku
Di saku kemeja pemberianmu
Lampung, Agustus 2020
Maukah Kau Duduk dan Menghabiskan Cerita Ini Bersamaku
Kalau bisa, aku tak akan pergi
Kita di ujung takdir
Tapi, cerita yang kususun
Tak kunjung menemui kata usai
Haruskah aku menghabisinya sendiri?
Atau maukah kau duduk
Di beranda rumah ini
Sambil mengisap aroma susu
Dan menghabiskan cerita ini
Bersamaku?
Kalau boleh, aku tak akan pulang
Sehingga apa yang kau tulis
Menjadi runtutan hidup
Tidak menjadi sia-sia
Entah pun harus habis
Kita bisa menawar untuk
Menghabiskannya bersama-sama
Kalau perlu, aku tak akan berpaling
Karena jasadmu ada di ruang dingin
Sedangkan obrolan tentang
Kehangatan telah menguap
Melalui cerobong pertengkaran
Tapi, sekali lagi
Seharusnya kita bisa
Membicarakannya
Untuk ke tiga kalinya
"Habiskan cerita ini saja sendiri!"
Bandar Lampung, September 2022
Biodata Penulis
Imam Khoironi. Lahir di desa Cintamulya 18 Februari 2000. Masih mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris di UIN Raden Intan Lampung. Punya cita-cita jadi terkenal. Tidak terlalu suka seafood dan kucing. Penggemar mi ayam dan bakso garis keras ini suka nulis puisi, cerpen kadang-kadang juga esai.
Buku puisinya berjudul Denting Jam Dinding (ada di tokopedia). Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai online seperti Simalaba.com (lainnya googling sendiri) dan media cetak seperti Malang Post, Riau Pos, Radar Mojokerto, Banjarmasin Pos, Bangka Pos, Denpasar Post, Pos Bali, Bhirawa, dan lainnya. Puisinya masuk dalam buku Negeri Rantau; Dari Negeri Poci 10 dan banyak antologi puisi lainnya.
Ia bisa distalking di Facebook : Imam Imron Khoironi, Youtube channel: Imron Aksa, Ig : @ronny.imam07 atau di www.duniakataimronaka.blogspot.com.