Lorong dalam hati
Putih berselimut warna abadi
Dalam lorong hati paling sembunyi
Jembatan itu panjang menanjak
Di tengah-tengah gulita yang semarak
Ia berdebar berpasrah rengkuh
Pada Agung paling utuh
Pada kosong paling jauh
Hatimu tak akan jatuh
Pada gamang paling gemuruh.
2022
Nebula 10 : Hayat
Sayap merah
Ekor hijau
mata coklat tua
Hitam berselimut cahaya
Tak ada tiba-tiba
Tak ada andai kata
Kau lestari dalam mimpiku
Meski sesat saban tidurku
Tidak segera aku bangun
Tinggalkan angkasa
Tinggalkan seluruh asa
Kau indah yang kelam
Dan satu satunya hitam
di penghujung gelap malam
Mimpiku
adalah hidup dalam mimpimu.
Nebula.
Bandung, 2022
Ahung
Hung..... Ahungggg.....
Atas nama dzat yang membius aortaku
Degupkan walau mati telah diam di sini
Hung..... Ahungggg.....
Atas nama api yang menjilat belulangku
Debukan seluruh hasrat duniaku
Wahai nol per noll sepersekian nolll
Surga dan neraka tak ada
Hidup dan mati tak ada
Siang dan malam tak ada
Tubuh dan ruh tak ada
Tuhan tak ada
Hung dzat yang ahung...
Tunggalkan ganjil dalam nadirku
Wahai dzat yang ahung...
Aku tak punya apa-apa.
Bandung, 2022
Aksara
Serupa Idris menghitung bintang
Serupa algoritma bumi langit
Pohonku adalah pena
Lautku adalah tinta
Langitku adalah kertas
Aksara bacaan semesta
Aksara bahasa dan pinta
Aksara ada dan tiada
Aksara adalah Tuhan
Tuhan, terompahku tertinggal
Di sorga.
Bandung, 2022
Mayang
Tercipta dari rusuk semesta
Berdarah di sekujur tubuhnya
Kau adalah sempurna;
Harmonisasi luka dan pesona
Simbol dari teduh paling nyaman
Lembut paling rawan
Jika lekukmu dirayu merdu
Jelas tunduk sungai surgaku
Wahai selimut malam
Bangunlah dari dada kiriku
Biar suara-suara hening pergi
Bersama hembus yang Tuhan beri.
Jadilah maka jadi.
Bandung, 2022
Dia
Aku tersesat mencari Dia
Terjatuh ke jurang beton dan kawat
Di gemerlap cahaya yang membawa lupa
Dia ada tapi tak jua bisa kugapai
Aku merasakan hadirnya
Saat menuju kekosongan
Di kebodohan dan ketidakmampuan
Dia berwujud nikmat paling serius
Dia terus ku seru dalam gamangku
Tapi Dia ku bisu dalam senangku
Dia.
Tasikmalaya, 2022
Saka
Putih terang
Tegak menjulang
Titik tiang teka-teki
Tasikmalaya, 2022
Eben Lahir di Tasikmalaya 25 Januari 1997 dengan nama asli Beni Anwar Z atau sering dipanggil Eben dan pernah menggunakan nama pena Diksitator. Mengawali berkesenian di Bandung, aktif di pergerakan, komunitas sastra literasi sebagai pembaca puisi, deklamator dan aktor. Dalam meramaikan hasanah kesusastraan, Eben juga aktif di komunitas sastra media online streaming. Seiring dengan Motto-nya, "Puisi adalah jalan Dakwahku." Eben menulis sajak-sajak bertajuk elegi, spiritualisme dan religius.