MEMAKSA TANGIS
Jika aku sekuat Tuhan, mungkin masalah mudah teratasi
Tak berlarut sampai waktu kian surut
Binatang pun tertawa melihatku selemah ini, berpura-pura memasang wajah
Bahkan berkaca sesempurna itu
Putaran masalah berjalan selambat-lambatnya
Memakan waktu dan menghabiskan kesabaran
Perih duka terjadi saat air mata tak mampu keluar
Setetes pun segan meluncur ke wajah topeng ini
Kenapa mereka mudah menangis?
Seakan akrab dengan air mata yang tak juga manis
Siapa aku sebenarnya? Manusia lemah atau manusia dengan seribu kepura-puraan?
Tangis kupaksa keluar memuntahkan segala kepahitan
Sekuat apa pun diri ini, aku juga manusia yang butuh air mata
Tapi kenapa tidak bisa keluar, apakah ia tersumbat? Atau bahkan begitu banyak menumpuk?
Sampai satu tetes pun tak bisa lepas dari antrean panjang kepedihan ini
Ah, aku rasa aku adalah manusia kuat
Kuat menanggung beban, kuat pula menyimpan air mata yang akan keluar dengan sendirinya, saat mata
tak mampu lagi menatap kaca
Pekanbaru, 18 Desember 2023
GADIS JELANTAH
Berjalan menelusuri jejak hitam di sebelah rumah gadis itu.
Semua yang terlihat adalah buih-buih hasrat mencekam menikmati sentuhannya.
Kutahan dengan sedikit berpikir akan kesia-siaan belaka.
Tuhan memantau dengan tajam apa yang ingin kulakukan.
Pikir saja.
Siapa yang tak ingin memiliki gadis manis berselendang tipis?
Wajahnya cetar bikin jantung bergetar.
Oh.. Beginikah rasanya jatuh cinta dengan satu gadis pemburu ribuan lelaki?
Kita bisa merasakan kenikmatannya, belaian rambutnya yang hitam melekat.
Kita bisa merasakan ribuan sesal, setelah apa yang kita lakukan kepada gadis itu.
Semua bisa menjadi petaka, segala bujuk rayunya membekas di hidung belang.
Siapa pun yang melakukan hubungan dengan gadis itu, niscaya semua akan mengotori hidupnya dengan
rasa sesal berjuta-juta.
Aku paham kenapa gadis itu tersenyum saat melihatku.
Semua itu adalah cara untuk memberi bekas yang sama dengan semua lelaki yang telah terperangkap.
Gadis itu cantik, lebih cantik saat ditatap di kegelapan.
Biar semua tak melihatnya, dan tahu bahwa dalam dirinya telah jadi bekas tak kunjung lekas.
Pekanbaru, 21 Desember 2023
ANTRIAN DOSA
Bila ada sebab pasti ada akibat
Bila ada surga pasti ada neraka
Tapi coba tanyakan sama mereka berlumur dosa
Dengan lantang bibir mereka menolak neraka sebagai tempat pulang
Manusia memang tak ada sabarnya menunggu
Apalagi di sepanjang matanya ada peluang
Menggantikan segala yang haram menjadi uang
Meninggalkan segala yang halal menjadi debu
Ketidaksengajaan berbuat dosa dianggap biasa saja
Melanjutkan perjalanan mereka menuju surga tanpa aba-aba
Mereka lengah, membiarkan segalanya lalu diserahkan kepada Tuhan
Leluconnya, sudah tahu salah tetapi mau menunggu antrean
Pekik telinga menyuarakan ingin masuk surga
Memaksa hal tak wajar di luar nalar
Pertanyaan cuma satu
Apakah bisa surga ditempatkan oleh pendosa?
Hmmm...
Bisa
Memang bisa
Bagi mereka yang menerka akhirat adalah cerita rekayasa semata
IZIN, MENCINTAI IBU
Kupandangi cahaya gemerlap kota Batavia
Sedikit hangat tak melebihi sentuhannya
Sembari ditemani halusinasi
Yang tak kunjung sepi melawan mimpi
Pikiran terus bergejolak membantai ego
Paksaannya menginginkan sesuatu di luar batas
Dia telah lama hilang dalam ingatan
Sedikit tak bersisa ditempati hati
Hari ini sejuta umat merayakan pesta pora
Bergelut menyentuh belaian kasih
Perlahan dekapan melekat di kening
Begitulah kebahagiaan mencintai kekasih
Perlahan aku mulai melawan gengsi
Biar waktu tak larut dalam basa basi
Kubiarkan dirinya masuk menatap lukisan kota
Sedikit kekacauan seperti kapal pecah
Luka dia melihat foto itu pecah
Bukan fisiknya, melainkan hatinya yang tak menyangka
Bahwa telah lama kuhempas foto kami berdua
Foto saat bibir ini saling bersentuhan
Kubiarkan hatinya hancur berkeping-keping
Menyusul serpihan bingkai foto itu
Aku tak bisa larut dalam ketidakberdayaan
Telah lama cahaya dirinya hilang memberi hangat
Maka, izinkan untuk aku mencintainya kembali
Selayaknya Ibu dan anak yang telah lama berdiam tanpa sapa
Semua ini tentang rasa bersalah
Diracuni oleh rasa gengsi berkepanjangan
Pekanbaru, 18 Desember 2023
SEBATAS KOTA
Cerita mana menuai hasil sejalan pikiran
Saat bertemu tak lagi saling ragu
Canda tawa menghiasi jasad kalbu
Tak rela waktu dihabisi oleh rasa malu
Walau kau hanya sebatas kota
Setidaknya telah menetap di hati yang gelisah
Sejak berdiriku di sandaran tiang-tiang lampu
Kau tersenyum di atas sana melihatku
Waktu terhenti saat kita tak saling sapa
Sibuk dengan dunia masing-masing saat duduk berdua
Kubiarkan sehari ini saja hidup tanpa suara
Ternyata hampa bagai dunia habis ditelan masa
Kulihat rembulan setengah memberi cahaya
Aku tak suka dengan malam di tepian kota
Maunya di tengah kota bersama balon udara
Dan kau menopang memberi ruang bahagia
Sebenarnya aku tak sebahagia dulu
Saat senyumku tak lagi palsu
Saat balon udara tak kujadikan surat titipan
Sebenarnya semua ini rasa kehilangan
Aku kehilangan sejarah yang ada di tubuh kau
Sebelum nama kau terkenal di kota ini
Sekaligus menghilangkan segala yang utuh
Hingga menjadi debu dua tahun lalu
Aku suka dengan kota ini
Selain indah
Dia juga menyimpan memori luka
Jika rindu, kota inilah sebagai tempat pengingat tawa
Pekanbaru, 20 Desember 2023
Ilham Ramadhan, lahir di Tanjung Balai, pada tanggal 1 November 2004. Sekarang ia tinggal di Pekanbaru. Ia merupakan mahasiswa angkatan 2023 di Universitas Riau dengan mengambil program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Baru-baru ini ia senang menulis puisi, seperti mengikuti berbagai perlombaan. Karyanya pernah menjadi karya terbaik dalam cipta puisi dan cerpen di tingkat Nasional. Tulisan Esainya juga belakangan ini dimuat di media bernama Melintas.id
Instagram : ilhamramaa1