Membaca Laut di Matamu

26/07/2024

 

Satu Buku

Di atas meja beralas takdir
Bertumpuk buku-buku berbagai genre
Di antara buku-buku, ada satu buku 
berjudul "Perempuanku"
Tebal sampulnya, banyak halamannya.

Aku duduk di kursi yang terbuat dari rindu,
membaca buku itu, dengan mata sepi yang
kehilangan cahaya, mengeja kecantikannya,
memahami sifatnya, memesona setiap kata.

Demikian caraku mencintai satu buku,
mendedikasikan pikiran dan hati untuk
senantiasa kubaca dan kupahami. Berulang kali.

Padang, 2024


Mengeja Malam

Jendela menyusun percakapan-percakapan sepi
Menganga sendiri memberi jalan keluar
Pertanyaan-pertanyaan terus menunggangi angin-angin
Membawa berbagai harapan dan angan-angan

Lembap dan embun adalah sepeninggalan hujan
Mencetak beberapa laut di tanah dan meruak aroma kenangan

Pada halaman yang licin, bulan tergelincir tak Bernama
dan kata-kata jatuh dalam ringkuk ranjang dan
malam berlari-lari menuju pagi

Mata tak lagi menyimpan apa-apa
la hanya menuai kantuk di kepala atau
kadang pikiran-pikiran merayap di loteng rumah

Tubuh yang lain terperangkap di dinding waktu
Melukis semata hitam dan tiada cahaya yang menyelinap
Di sana, kamar berdoa kepada gelap yang kehilangan alamat

Padang, 2024


Membaca Laut di Matamu

Pada mulanya
Aku membaca laut di matamu
Mengeja ombak air mata itu, memahami kata
demi kata bagaimana kau melihat;
bahagia, senang, kecewa, sedih, penolakan,
pembohongan dan lain sebagainya.

Kemudian
Aku terampil membaca laut di matamu
Hendak mengarungi air mata itu, memahami arah
angin kata membawa perahu hatiku; badai amarah,
pasang naik perasaanmu, terombang-ambing dan
kata-kata melubangi perahuku.

Sungguh 
Berapa banyak kata-kata yang kubaca,
aku tak selamat dari karam pada samudra matamu.

Padang, 2024

 

Ibu Sepi

Gelap ruang kamar telah
menjadi milik ibu sepi,
ia diam-diam mengecup keningku
dengan hangat. Lalu bersabda;
tidurlah, bahwa lonceng di kepalamu
hanya butuh lelap untuk diam bersuara.

Padang, 2024


Sudut Ruang Kamar

Di sudut ruang kamar hatimu, ada lemari waktu
yang dipenuhi lipatan baju rapi tentang kisah
lampau; beragam warna dan corak indah juga pahitnya.

Aroma menyengat ketika dibuka tanda jarang terjamah,
meruak ke penciuman pikiran; menyusup aral dan jejal
yang begitu karib soal terabaikan.

Lalu, kau mencoba salah satu baju itu untuk
dikenakan. Dan ironisnya, kau tahu hanya
berhenti peduli, tetapi tidak dengan mencintai.

Padang, 2024


Zikri Amanda Hidayat lahir di Pesisir Selatan tanggal 02-08-1999. Lulusan Administrasi Negara di Universitas Eka Sakti Padang. Suka membaca dan menulis. Buku yang telah terbit Sehimpun Rasa (Gupedia, 2021), Rentetan Tulisan Tentang Konsekuensi Cinta (Guepedia, 2021) dan Tak Benar-benar Utuh (An-Nur Media, 2022).