Di Jalan yang Penuh Ban
lalu apakah bentuk
ketenangan setelah
semua yang kau kejar?
apakah seperti bangkai
tikus yang begitu
menghayati kematiannya itu?
ia serahkan isi kepala
yang rumit dan memberatkan
kepada jalan-Nya
yang ramai
yang senantiasa
berputar di sana,
ban-ban kehidupan.
2022
Akankah Kau Menerima
Akankah kau menerima
kalau kita hanyalah abjad dalam larik sebuah puisi
yang tersesat dalam rimba kata,
mencari-cari baris buku untuk bisa saling berpelukan
atau sekedar berpegangan tangan?
Juga di saat yang bersamaan,
kita hanya bisa berpasrah
kepada pena-Nya
yang kian kering,
namun tak tentu kapan habisnya.
2021
Membacamu
: Ayahku
Tak habis-habisnya aku membacamu,
pada lembaran buku yang sudah kekuning-kuningan.
Kau adalah kalimat yang usai dituliskan,
lalu sedikit demi sedikit pudar dari halaman.
Pada suatu halaman buku, kau menyapaku
"Kenangan adalah kutukan, bagi kalian yang masih terus dituliskan."
Pada sebuah malam yang dipenuhi lembaran-lembaran tua,
sungguh kau telah menjelma kutu, bagi buku-buku di kepalaku,
yang tak habis menggerogoti ingatanku.
2021
Siapa yang Mewarnai Ayamku?
Ayam warna-warni berkotek, mengajak masa kecilku
untuk bermain-main dengan waktu, menyambut matahari
yang tersenyum, menghangatkan wajahku yang wangi bedak.
Namun kini, ayam itu tumbuh menjadi ayam cemani,
yang tiap waktu, terus berkokok di kepalaku,
mematuk-matuk ketenangan, mengaisnya sampai habis.
Sedang, matahari yang telanjur siang, masih menjemur dompetku
yang kian kering, kian tak memberi tanda-tanda kehidupan.
2021
Mengedit Hari
Tuhan, aku minta izin untuk ngobrol sama Atid.
Aku ingin merevisi-edit lembar harianku.
Sebelum akhirnya, ia mengumpulkannya kepada-Mu.
Ada banyak typo, juga langkah alay yang membuatku malu.
Bahkan ada beberapa paragraf yang bukan kuketik sendiri, tetapi dibajak iblis.
Sungguh, aku ingin men-delete dosa-dosa
yang sengaja tak sengaja kuketik disana.
Walau mungkin, usai kuedit dan kurevisi,
yang tersisa hannyalah semoga.
Tapi ya sudahlah. Semoga, masih bisa dikembangkan
menjadi sajak yang wangi pahala.
Semoga…
2021
Bacalah Pesan Dari Tuhanmu Yang Maha Canggih
Kau panik, daya hatimu lemah.
Ninut-ninutnya nyaring,
membuat dadamu bergetar,
tak bergeming.
Sedikit lagi dirimu redup, kehabisan daya.
Namun, kau terus paksa dirimu untuk menyala.
Menjadikan beberapa perangkat di tubuhmu eror,
dan kinerja dirimu menurun.
Lalu, kau masih saja acuh atas pesan
dari Tuhanmu Yang Maha Canggih.
Pesan itu berbunyi,
"Ada beberapa hal yang harus kau uninstal.
Agar memorimu tak lagi penuh,
oleh cache kenangan dan harapan yang rusak…"
Di tengah bunyi pesan itu,
ninut-ninutmu kembali berdering.
Sayang, dirimu belum update
untuk bisa mengaktifkan mode hemat daya.
"...serta ada satu hal
yang harus kau unduh:
versi termutrakhir dari dirimu"
Sebelum mengunduh,
akhirnya kau mau mengisi dayamu.
Membiarkan hati dan tubuhmu
dingin, dari segala perkara yang kian hoax,
kian modern, kian sepi.
2021
Apa yang Akan Kau Panen?
Ketika
daun telingamu berguguran
kelopak bunga matamu meranggas
dan buah bibirmu mengering
akankah
kepalamu yang ladang gersang
masih enggan meminta
hujan-Nya?
2022
Ihya Fawa`id. Menetap di Kalideres, Jakarta Barat. Menyukai puisi, baik membaca mau pun (sesekali) menulisnya. Kadang juga suka mereview buku di Instagram @ihyafawaid_
Nomor kontak: 085724228059