Palung Rindu
aku menangkap gelisah di bola matamu
tak terhitung aku membasuhnya
anak sungai mulai turun
aku mengutuk waktu
suara gemuruh menghantam dadaku
melihat kepedihanmu adalah kenistaan
sebab aku tak mampu benar-benar membasuh
gelisah itu (lagi)
sejak Izrail mengajak aku pergi, ke palung rindu
Subang, 2021
Menenggak Pasrah
ia mengantongi asap jalanan
membawanya pulang, petang
di antara lingkar lindap
suara batuk membelah keheningan
dihitungnya lembar demi lembar
gerimis peluh menghias wajahnya
ia menenggak pasrah
tak mampu membayar tengkulak
sedang napasnya sudah di ujung simpang
ia dilema antara rumah sakit atau teratak
Subang, 2021
Segenggam Kabar
berangkatlah angin
bawakan segenggam kabar padanya
di pinggiran kota paling sunyi
air sudah merengkuh lututku
mendekap mimpi-mimpi esok
berangkatlah angin
bawakan segenggam kabar padanya
tenagaku mulai surut
mungkin esok benar hanyut
Subang, 2021
Para Pemegang Topi
aku termangu di lembah bisu
mulutku bungkam
tanganku enggan berontak
andai mentari sudi melihatku
kan kuperlihatkan hati
nan sudah lama mati
menunggu sisa-sisa nurani
para pemegang topi
Subang, 2021
Menggeledah Ingat
aku menggeledah ingatan
melemparnya sembarang
ke sudut-sudut pengasingan
pada hitungan sembilan
kulihat sabit terlukis di wajahnya
benar cabar
Subang, 2021
Nida Nur Fadillah, kelahiran Subang pada tahun 1999. Menamatkan studi dari Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta. Menulis puisi, cerpen, artikel, esai, dan cerita anak. Puisi-puisinya tersiar di media cetak, yakni Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Bangka Pos, Harian Bhirawa, Majalah Elipsis, Radar Cirebon, Malang Post, Radar Tasikmalaya, juga tayang di media online, yaitu Kabar Madura, Gadanama, Kami Anak Pantai, Metafor, Tajdid, Salik, Nolesa, Takanta. Buku antologi cerpen tunggalnya berjudul “Sebelum Dendam Memudar” LovRinz Publishing (2019). Artikel-artikelnya tayang di Portal Berita UPI, IJOCSEE, Tinta Hijau, Mojok, Islampos, Jalan Sirah, dan Ruang Muslimah. Karya esai-nya terpilih sebagai 50 Pemenang Harapan pada Lomba Esai, The Yudhoyono Institute (2021). Cerita anak perdananya tayang di Cerano. Bagi Nida menulis umpama terapi.