MENUJU PULAU, AIR MATAMU
Rinduku
Mata air
Tanah kering
Laut meluap
Jadi air mata
Sebab sudah lama aku menunggu
Tak sampai juga di dayung perahu
Menuju pulau
Kita-kita sendiri
Menunggu sebab
Aku datang
Pada musim yang kemarau
DI ATAS PLUTO
Di atas Pluto
Kuda sembrani
Dan rusa sinterclaus
Berlarian
Mengejar sepasang peri kecil
Dengan maksud ingin memberi hadiah
Sayap - sayapnya indah
Dari serat udara
Dan akar albasiah
Di atas Pluto
Cuaca memburuk
Telah kubawa jaket tebal
Pemberian dari Sulaeman
Itu paling mahal, katanya
Lehernya dari bulu domba
Sampai tak ada dingin yang datang
Gunakan untuk berjaga pula
Sebab bencana masih di mana-mana
DI KANTOR DINAS
di kantor dinas
yang sinis orangnya
berkemeja putih
rambut rapi
bedak tebal dan lipstik mahal
lantas melayani seenaknya
di pojok belakang
bayi merengek digendong emaknya
dia takut tidak punya akta lahir
lantaran cara buatnya sulit tak habis pikir
dia takut tak dapat KTP kalau sudah besar
sebab dana blangkonya nyasar
masuk rekening pejabat lapar
NAPAS JEJAK
Adalah nafas yang menyisakan jejak-jejak,
samar dan bayang
beuti waktu yang malang
PADA BANYU
Akan ke mana kita menata jejak
sedang lautan mati
adalah keheningan maha abadi
apakah awi-awi tua
masih menjadi tempat kita bertahan
dari banyu
dari buih
dari hidup maha perih
Agus Salim Maolana lahir di Tasikmalaya, 21Agustus 1997. Menulis puisi, cerpen dan esai. Aktif di instagram @agussalimmaolana276.