Malam Pementasan
Kepada punggungnya sendiri mereka bahagia
dan berkata; semalam suntuk merumuskan pertunjukan
akar dan sabit
ke tenggara sementara pertemuan milik bersama, seperti desis mantra.
Bulan masih mampir di sudut pementasan
dengan gemerlap
dan berkata acuh
sementara mereka saling berbagi takar
warna orange
berubah ke selat tanpa segulung kertas
di mimpinya berbuah angan yang menggebu-gebu.
Bangkalan, 2022
Mereka yang Gugup di Wajah Lain
Di lekung wajahnya yang berpamitan mesra di ufuk timur
berkata tiada susur sungai yang mengaliri walaupun sudah diserang
tetap saja hari digaungkan milik mereka berdua yang gugup tampian rumah
nyengir ikan-ikan menginginkannya maut berhenti yang hampir tiba
atas dasar apa wajah itu tidak lagi memiliki dimensi
coba saja rasanya dan cekung wajahnya tak ubahnya kota yang tertimbun bunga
pada ketinggian waktu satu setelah semua usai meneguk
lewat sajaklah bumi kembali berisyarat dengan kata milik kita
kembalikan dan masihkah kau ragu-ragu sampai ranum itu menjelma waktu berhenti
sehingga apa yang disebut adalah duniawi
meronta ke dalam tubuh sendiri
dan "Masing-masing beringsut kelam dan merinci lama jika ramuannya sedikit basi." Ucapnya.
Bangkalan, 2022
Kepincut Asa dan Muara di Stadion Bangkalan
Di stadion, orang-orang menyisakan jejak wajahnya tertegun
dari perjalanan sepanjang tumbuh kembang kepada nestapa suaramu bermimpi matahari
ke bilik waktu berdoalah untuk mereka mengemas sajak puisinya
atau siasati kemenangan yang senantiasa melubangi perjalanan mimpi geleri yang dipajang.
Di tembok pahala, boleh aku tanya sampai yang disyukuri? Tau-tau kepalamu terbuat dari optimistis
manakala semua membeli harga, kau sebut pedagang brilian
kadang-kadang penyanyi memilih irama yang teratur untuk mengelabuhi pendengar
namun, seketika tubuhmu terkepal kembali
dan di tangannya lakon musim dan tak semudah orang merasakannya berkali-kali.
Bangkalan, 2022
Sirna Sudah Perubahan
Malam ini ada sinema
tentang tahun lalu
bagaimana saling beradu
dan kembali memulai ulang
inilah jadinya ketika ada perubahan
lebih menghargai atas berlama-lama pada tahun
dan satu kesempatan lengah
Bunga mereka menampi sendiri, namun tiada tahu
aroma yang sedang ia rawat
berkali-kali dan ditelaah
Atau lupa atas apa yang dimaksud
dan disepakati, setiap manusia
memang begitu
jika terlanjur menikmati
“Hidup itu bukan urusan sendiri”
dan berkata; wahai inilah mengapa terjadi?
Entahlah, semua hanya tentang tahun dan caranya
buah yang jatuh justru kebetulan untuk pergi dari angin.
Bangkalan, 2022
Pemulung
Ia menemukan orang tua renta
mengumpulkan hidup burung bersarang
selembar tangan memuja anak kecilmu
mengucurkan peluhnya bahagia bersama.
tersisalah kita di sarang masing-masing.
Telang Indah, 2023
Muhammad Zayyad, lahir di Sumenep. Gemar menulis puisi dan naskah film. Saat ini aktif sebagai kepala divisi sastra UKMF Kesenian ABStra Bangkalan.
Ig: zymakeen