Mengadu Rindu
Angka-angka itu berderet seolah mewakilimu
Yang kian hari menyeduh sepi
Mengunyah sirih
Bercengkerama di bawah atap rumbia
Malam-malam bagai sedu-sedan
Anak-anak pergi begitu panjang
Dan engkau hanya bisa menyeru
Menyebut namanya satu demi satu
Di antara riak air
Mengadu rindu
Subang, 2022
Getah Kerinduan
Daun kemangi gugur di bulan ini
Bersama getah kerinduan
Yang kian tebal saja
Pikiranku melayang
Menembus jajaran pot
Ada percakapan
Ada nyanyian
Juga ada puisi
Mengajakku pulang
Subang, 2022
Misteri Dua Bola Mata
Ritus pagiku bermula menghirup pala
Singgah sebentar ke warung jahe
Di kejauhan…
Matamu tampak menyimpan misteri
Jiwaku berbisik engkau memotret aku
Lewat telepati dan mungkin hati
Oh, Ibu…
Subang, 2022
Diam-diam Hujan
Aku berkarib patah
Menatap suasana
Pagi yang riuh oleh kata
Dari sudut-sudut bibir mungilmu
Sedang buku-buku berserak
Bak penangkal penganggu
Ruangan ini telah menjadi taman
Dari sebuah proses
Dan dalam satu tarikan napasmu
Aku memilih tak ganggu
Diam-diam hujan ada padaku
Subang, 2021
Berangkat dari Lega
Aku berangkat dari lega
Menuju ke muara
Menitipkan pesan pada sampan
Pada burung-burung di atas dahan
Juga pada lidah tak bertuan
Semoga benar sampai
Subang, 2020
Nida Nur Fadillah, kelahiran Subang pada tahun 1999. Menamatkan studi program sarjana dari Universitas Pendidikan Indonesia. Menulis puisi, cerpen, artikel, esai, dan cerita anak. Puisi-puisinya tersiar di media cetak, yakni Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Bangka Pos, Harian Bhirawa, Majalah Elipsis, Radar Cirebon, Malang Post, Radar Tasikmalaya, juga tayang di media online, yaitu Kabar Madura, Gadanama, Kami Anak Pantai, Metafor, Tajdid, Salik, Nolesa, Takanta, dan Langgam Pustaka. Buku antologi cerpen tunggalnya berjudul “Sebelum Dendam Memudar” LovRinz Publishing (2019). Bagi Nida menulis umpama terapi.