Musim Perburuan
: Tiara Pamulatsih
Yang melekat pada raga
adalah seutas nyawa
bagi sandaran kepala kita
Sebandul kumbul mengapung
di atas sungai menerka langit
kailnya menyusuri kedalamannya
Desir angin mainkan bulan
Ikan-ikan mulai berenang
Seorang perempuan tertahan
Padahal derap waktu di perburuan
kini, adalah debar kehidupan bagi
tiap-tiap yang terlahir di sini
Tapi kita memang sudah sepakat
Tak ada yang lebih berat dari adegan
lambaian tangan pada saat kereta berangkat
Duh. Ibu, peluk aku sebagai lakon darimu
Atas hidup yang dinyalakan padaku
Gembalakan nyawaku dari restu-restumu
Beji, Februari 2021
Wah
Lampu sudah padam. Jam dinding makin jelas terdengar.
Telinga berdengung kecil. Napas keluar masuk sesekali
berpanjang-panjang. Menata bantal. Mengubah arah badan.
Wah!
Siapa mau mencari? Siapa mau menunggu?
Udara bertambah dingin. Bulan melintasi kerumun awan.
Gelap. Sendiri. Nyeri.
Wah!
Siapa berdoa? Siapa yang mendengarnya?
Ada keasingan, ada keakraban. Harapan ngumpet.
Rokok, kopi, cita-cita, cerita, menyisir jalan.
Wah!
Siapa dijenguk sunyi? Ke mana kan berlari?
Purwokerto, Mei 2021
Prelude
Balur hati di rahang waktu
terkunyah-kunyah langit renyahku
engkau yang bermukim di sukma
simak-simaklah gumam sajakku
dalam galau metropolitan, satu ransel puisi
digendong pergi berjemur terik matahari
menguap rinduku penuh sesak di penghujung hari
Bekasi, September 2021
Rangkuman
hujan sepanjang jalan mengguyur dedaunan
seraya membasuh luka di punggungku
gores lebam bekas matahari meronta garang
maka basah kuyuplah aku dalam kesendirian
ibu sunyi kan diam-diam memeluk tubuh malam
di sini, dan pada keresahan yang selalu mengganggu
jari jemari puisi dengan setia memijit urat nadi hayatku
Bekasi, November 2021
Kelana
pelepah daun pisang muda
diayunkan tangan anak kecil ke udara
memecah langit ramai bersambung ketukan palu pekerja
gairah di pagi senantiasa begitu menggoda mimpi-mimpi semalaman
hingga basah jemari meleleh jatuh mengetuk bumi
pada tempat berdiri saat ini, yang jauh dari tanah kelahiran
bertarung sungguh di bawah matahari garang
kadang jemu, sepi merundung sebelum mata benar terpejam
dan rindu terasa semakin berat di badan, pula cinta jadi terbentang lebar
menantangku tahan merangkum sedih bahagia malang melintang liar
Bekasi, Desember 2021
Salam Kecil
sepi malam
titip salamku buat riang
orang-orang tersayang
Ciantra, Desember 2021
Rizki Afif Kurniawan, lahir di Banyumas 31 Oktober 1999. Nomor kontak 0831-1765-3063. Instagram @rizkyafifkurniawan