Pada Pusaran Waktu dan Lain-Lain

26/10/2024

 

PADA PUSARAN WAKTU

 

Pada pusaran waktu

Hari-hariku semakin kering

Kemarau panjang melanda dada

Hatiku terpenjara kilau fatamorgana

 

Dalam geram derita tiada tara

Aku tandai cinta dan pengkhianatan

Sebab kesengsaraan semesta

Adalah kesengsaraanku juga

 

Saat pagi pergi

Menuju siang menuju sore menuju malam

Seluruh gerak tangan dan kaki

Jadi semakin tak berarti

Aku tak lagi bisa memberi arti

Pada seluruh hari dan diriku sendiri

 

Pada pusaran waktu

Aku semakin terpuruk

Dicerca kata-kataku sendiri

Yang  semakin buruk

Semakin busuk.

 

Baiklah

Aku kalah. Aku kalah!

 

2021

 

 

WAKTU YANG PERGI

 

Bulan berkaca di riak waktu

Jasadnya terhanyut dihempas ombak.

Bertahun tahun lalu

Sesungguhnya ia telah datang padamu

Memintamu untuk menjemputnya. Tapi mana kau mau tahu?

 

Kau terlalu sibuk dengan urusan yang penting

Dan mahapenting menurut dirimu

Meski sesungguhnya cuma perkara tetek bengek duniawi yang taik

 

Kini bulan terhanyut di gelombang waktu

Entah ke mana

Aku tak tahu

Dan kau kelimpungan dalam sesal

Karena telah abai

Pada satu-satunya cinta

Yang tersedia

 

2022

 

 

SAUDAGAR DUSTA

 

Dustamu dusta dusta dusta

Berderet panjang sebatas hitungan usia

Tak tahu menuju ke mana

Dusta dusta dusta dustamu

Berbaris seperti tentara

Bahkan ketika kau kentut

Bau kentutmu pun menjelma dusta

Dusta dusta dusta bin kentutmu

Semerbak membau seluas cakrawala

 

Anehnya kau malah bangga

Kau malah merasa perkasa

Dan menurutmu, di manapun

Tak ada yang lebih perkasa darimu

Dari kentut dan dusta dustamu

 

2022

 

 

SENJA DATANG

-- untuk DE

 

Senja datang dengan warna yang kusam.

Di hatiku tak ada angin dan bintang-bintang.

Engkau di mana?

Tak di mana pun suaramu aku dengar

selain resonansi yang lekat di hati sunyi.

 

Sosokmu tak kutemu selain bayang kelam yang kabur

Lengkapi hari.

 

Kini aku hanya bisa diam memaku diri,

kadang terengah menepis beban

yang kian menghimpit hati.

 

2021

 

 

SEBUAH KEMATIAN

 

Sungguh aku merindukan sebuah kematian yang indah

Ia mungkin seperti sebuah rumah yang mungil tapi indah

Dan aku pulang kepadanya karena lelah. Karena seharian terus berjalan tak henti hentinya.

 

Saatnya aku pulang karena lelah

Bukan karena bosan terus berjalan

Bukan pula karena malas untuk terus berjalan

Tapi aku pulang semata karena letih. Karena takdirlah yang telah membuat tubuhku letih.

 

Maka jangan kausalahkan kalau aku tiba-tiba pulang kepadanya, kepada rumah kecil yang indah tiada duanya.

 

2021