Perempuan Malang
-buat SA
Ia duduk dengan kepala menunduk
khusyuk dalam hening di sebuah taman,
dibiarkannya ranting-ranting kecil jatuh
mengenai tubuhnya yang begitu lusuh.
Kemudian langit mendung, tapi
lebih gelap mana, langit yang mendung
atau wajah perempuan yang sedang murung?
Adakah yang lebih menakutkan
dibanding seorang perempuan saat
hatinya baru saja dipatahkan?
Kupandang ia dengan perasaan iba.
Perasaan yang akan menimpa siapa saja
saat menyaksikan seorang perempuan
gagal menyembunyikan kesedihannya.
Al Ikhsan, Juli 2022
Mengingat Jalan Kenangan
Jalan-jalan yang sebelumnya sirna
dari ingatan, kucoba rangkai lagi
sampai utuh agar seluruh kenangan
di jalan itu dapat mengobati rindu
yang kali ini datang kepadaku.
Aku ingat, di warung makan
kita berdua duduk berhadapan,
kau pun mengusir hening dengan
membuat denting pada sebuah piring.
Kau terlihat malu-malu waktu itu.
Kulihat segurat senyuman yang
belum sempat kau sembunyikan saat
melihatku makan dan malu-malu,
sama sepertimu.
Setelahnya kita pergi berkeliling
melewati tempat yang paling
indah, waktu itu. Sebelum,
bau tubuhmu yang harum
tak bisa lagi kucium.
Lalu sorenya kuantar kau pulang,
dengan suara lirih Kau berkata,
"Terima kasih." Aku pun pergi
dengan perasaan bahagia seperti
tikus yang berhasil mencuri
padi milik petani.
Kini telah kuingat lagi
segala kenangan yang kita lalui,
dan ternyata kenangan
tak selamanya menyedihkan.
Al Ikhsan, Juli 2022
Melawan Rindu
Malam itu aku bertarung
melawan rindu yang
dengan sayup melukis
wajahmu di tepian cangkir kopiku.
Diantara kepul-kepul asap
yang menguap dari secangkir kopi
ada rindu yang siap bertarung
denganku sampai pagi.
Namun aku kalah,
Rindu memaksaku menurut
dan mengingat semua
tentangmu secara runtut,
Kuadukan segala kisah
yang pernah kita lalui
kepada ia yang bersemayam
di secangkir kopi.
Secangkir kopi adalah wadah
paling luas untuk menampung
kesedihan ini.
Lalu, rindu yang kejam itu
memaksaku mengaku bahwa
:sampai saat ini, aku
masih mencintaimu.
Al Ikhsan Juli 2022
Pesan
Setiap pagi aku menitipkan pesan
lewat burung-burung di dahan,
lewat liuk angin yang berembus pelan,
lewat sepasang tangan yang tengadah
khusyuk di atas sajadah.
Untukmu.
Semoga pesan sampai dengan selamat
sebab rindu tak pernah salah alamat.
Al Ikhsan Juli 2022
Sebelum Perpisahan
Sebelum perpisahan terlebih dahulu
aku paksa bibirku untuk menyebut
namamu, agar ketika kita tak lagi bertaut
namamulah yang terakhir kali kusebut.
Al Ikhsan Juli 2022
Zulhan Nurhathif lahir di Pemalang, 3 April 2002. Dia adalah santri Pondok Pesantren Al Ikhsan Beji. Laki-laki pecinta kretek ini aktif di Komunitas Kepenulisan Al Ikhsan (KOPIAH).Nomor WA :081977910993 Akun Facebook :Zulhan Nur hathif
PUISI-PUISI ZULHAN NURHATHIF
Perempuan Malang
-buat SA
Ia duduk dengan kepala menunduk
khusyuk dalam hening di sebuah taman,
dibiarkannya ranting-ranting kecil jatuh
mengenai tubuhnya yang begitu lusuh.
Kemudian langit mendung, tapi
lebih gelap mana, langit yang mendung
atau wajah perempuan yang sedang murung?
Adakah yang lebih menakutkan
dibanding seorang perempuan saat
hatinya baru saja dipatahkan?
Kupandang ia dengan perasaan iba.
Perasaan yang akan menimpa siapa saja
saat menyaksikan seorang perempuan
gagal menyembunyikan kesedihannya.
Al Ikhsan, Juli 2022
Mengingat Jalan Kenangan
Jalan-jalan yang sebelumnya sirna
dari ingatan, kucoba rangkai lagi
sampai utuh agar seluruh kenangan
di jalan itu dapat mengobati rindu
yang kali ini datang kepadaku.
Aku ingat, di warung makan
kita berdua duduk berhadapan,
kau pun mengusir hening dengan
membuat denting pada sebuah piring.
Kau terlihat malu-malu waktu itu.
Kulihat segurat senyuman yang
belum sempat kau sembunyikan saat
melihatku makan dan malu-malu,
sama sepertimu.
Setelahnya kita pergi berkeliling
melewati tempat yang paling
indah, waktu itu. Sebelum,
bau tubuhmu yang harum
tak bisa lagi kucium.
Lalu sorenya kuantar kau pulang,
dengan suara lirih Kau berkata,
"Terima kasih." Aku pun pergi
dengan perasaan bahagia seperti
tikus yang berhasil mencuri
padi milik petani.
Kini telah kuingat lagi
segala kenangan yang kita lalui,
dan ternyata kenangan
tak selamanya menyedihkan.
Al Ikhsan, Juli 2022
Melawan Rindu
Malam itu aku bertarung
melawan rindu yang
dengan sayup melukis
wajahmu di tepian cangkir kopiku.
Diantara kepul-kepul asap
yang menguap dari secangkir kopi
ada rindu yang siap bertarung
denganku sampai pagi.
Namun aku kalah,
Rindu memaksaku menurut
dan mengingat semua
tentangmu secara runtut,
Kuadukan segala kisah
yang pernah kita lalui
kepada ia yang bersemayam
di secangkir kopi.
Secangkir kopi adalah wadah
paling luas untuk menampung
kesedihan ini.
Lalu, rindu yang kejam itu
memaksaku mengaku bahwa
:sampai saat ini, aku
masih mencintaimu.
Al Ikhsan Juli 2022
Pesan
Setiap pagi aku menitipkan pesan
lewat burung-burung di dahan,
lewat liuk angin yang berembus pelan,
lewat sepasang tangan yang tengadah
khusyuk di atas sajadah.
Untukmu.
Semoga pesan sampai dengan selamat
sebab rindu tak pernah salah alamat.
Al Ikhsan Juli 2022
Sebelum Perpisahan
Sebelum perpisahan terlebih dahulu
aku paksa bibirku untuk menyebut
namamu, agar ketika kita tak lagi bertaut
namamulah yang terakhir kali kusebut.
Al Ikhsan Juli 2022
Biodata Penulis
Zulhan Nurhathif lahir di Pemalang, 3 April 2002. Dia adalah santri Pondok Pesantren Al Ikhsan Beji. Laki-laki pecinta kretek ini aktif di Komunitas Kepenulisan Al Ikhsan (KOPIAH).
Nomor WA :081977910993
Akun Facebook :Zulhan Nur hathif