Pernyataan dan Lain-Lain

19/07/2024

 

Lagu Keberangkatan

kesunyian memanggilku kembali
setelah kuota pertemuan habis kita nikmati
dan kerinduan akan kerap kita persembahkan
sebagai bahasa paling laku dalam dunia kepenyairan.

aku tak tahu, 
mengapa kesedihan bermula dari keberangkatan
sedang kepulangan mengabaikan kecemasan yang dapat terulang
seperti kesunyian yang tak terasa kini memanggilku kembali.

kemudian kita mencukupkan segala kecupan
agar lekat kenangan lebih gampang kita sucikan
selebihnya, kita harus tabah menanggung bermacam rindu 
dan sejumlah bayang-bayang yang gemar memburu dari waktu ke waktu,

Batuputih, 2024


Pernyataan

bahwa yang tak dapat diragukan lagi
adalah aku sedang mencintaimu.

aku mencintai,
maka aku siap terlukai.

kudapati kebenaran ini
di antara keraguan,
karena itu, aku mampu
menerka sifat yang menipu.

cinta yang bergelayut di hati
melimpah seperti halnya emanasi
begitu pula dengan bayang-bayang rindu
menjadi candu dalam bahasa kesunyianku.

tapi, perlu kau tahu,
kau boleh menolak pernyataanku.
sebab kebenaran di hati
bagi akal belum tentu pasti.

Yogyakarta, 2024

 

Kepada Hati yang Menolak Dicintai

cinta telah mati
dan engkau membunuhnya sendiri.
karena kebenaran yang berkali-kali kunyatakan 
nyaris tak kau terima.

barangkali cinta dan kebenaran 
memiliki sifat yang sama,
selain membutuhkan bukti,
ia juga membutuhkan kesepakatan.

tapi tak mengapa,
bila kau ingin menolak
segala yang kukatakan. 
sebab kau juga berhak,
menentukan pilihannya sendiri.

cinta telah mati,
sejak hatimu  menolak untuk dicintai.

Joglo Kopi, 2024

 

Yang Menyala dalam Diriku

demi mitos yang tak lagi kita percayai
cinta adalah bahasa lain dari filsafat
yang mengalir dalam hulu firasat
hingga ke ujung hilir makrifat.

berkat kerja sains, 
rindu tak kehilangan alamat
dan bila aku ingin menujumu 
tinggal membuka Google Maps.

sungguh yang menyala dalam diriku
adalah dirimu.

Yogyakarta, 2024

 

Pada Sebuah Pantai 

di pantai ini, manisku
angin meruncing
dengan sifatnya
yang dingin.
dan kita saling tatap
seperti ratap karang
pada hijau lumut 
juga pelukan kita
yang sengaja;
membiarkan rindu bekerja
setelah lama terpisah
dari badai kepulangan.

tapi pantai ini, manisku
kerap mengingatkanku kembali
pada sisa cium bibir asinmu
meski masa depan telah menggerus masa lalu.

pasir berhamburan 
seperti kenangan
seperti bayangan
dan juga sepertinya;
waktu telah menelan segalanya.

Batuputih, 2024

 

Agus Widiey, Lahir di Sumenep 17 Mei. Mahasiswa Aqidah Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Tulisannya tersebar di berbagai media, baik lokal maupun nasional. Saat ini bermukim di daerah Yogyakarta.
Email: aguswidiey@gmail.com