Prolog Musim
:Tania Safira
Aku ruang rindu, kau sekat
Yang memenuhi jarak
Kita tersesat dalam waktu
mencari pekat dalam dekapan
Kita daun gugur pada ranting yang berbeda
Angin ialah cinta kita
Membawa tubuhku dan tubuhmu
Jatuh di atas dipan yang sama
Kau embun pagi, aku sejukmu
Kau dekap aku dan kubaca mantra
Awan melindungi kita dari lenyap
Sebab matahari teguh sendirian
Lampung, Januari 2020
Hujan di Awal Fajar
Ketika sangkakala ditiupkan malaikat malam
Kita jatuh dalam pelukan angin
Sesaat kau dan aku luruh jadi debu
Di atas kasur yang pengap dan penuh gebu
Hingga kita sadari mimpi-mimpi telah sampai di fajar
Dihujani derai magis rintik rindu
Aku hanya membaca rindang tubuhmu
Gemericik menggema di ruang-ruang
Antara tubuhku dan tubuhmu
Lindap menjauh dari fragmen hujan pagi itu,
Ketika malaikat malam masih terjaga
Setelah meniupkan sangkakala
Hingga kita sama-sama tahu
Dan menyadari, bahwa tak ada mimpi yang teduh
Sebagaimana hujan di awal subuh
Way Halim, 25 Februari 2020
Tentang Malam Yang Tak Kunjung Larut
Dentang denting jam menemani tidurmu
Mimpimu serupa angin pagi
Sejuk namun tak kulihat rupamu
Aku bersajak semalaman,
Mengantarkanmu lelap seumur malam
Tak kuembus napasmu di ranjang yang suram
Rapal doa tidur membasuh telinga
Kita memandang mimpi yang terang
Di bawah bulan yang telanjang
Melihat kita dengan jalang
Mencintaimu tidak lekang
Lampung, Februari 2020
Sebuah Pesan
Telepon berdering di sudut suara
Kuterima pesan. Kubuka diam-diam
Sambil menutup pintu dan jendela
Semoga burung-burung dan kicaunya
Yang berdentang sepanjang zaman
Tak ikut mengulur pandangan
Kubaca lirih, di hati dalam-dalam
Sebuah pesan dari Ibu:
“Bagaimana kabarmu di perantauan?”
7 Januari 2021
Epilog Musim
Kau senja musim panas
Aku fajar musim hujan
Dalam hari yang sama
Kita membawa angin yang berbeda
Kau pergi dengan indah, bersama kenangan
Tentang terik yang membakar
Aku datang dengan kesejukkan,
menyeka keringatmu untuk terakhir kalinya
adakah hari lain bisa mempertemukan kita
dalam tubuh yang sama dalam hari dan rindu yang sama pula
namun dari mana?
Aku berdoa. Semoga.
Kita pasang serasi yang dipaksa berpisah
Kita cinta yang tepat dalam waktu
Yang mencabik-cabik rindu
Sebelum musim berganti
Lampung, Januari 2020
Imam Khoironi. Lahir di desa Cintamulya, Lampung Selatan, 18 Februari 2000. Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris di UIN Raden Intan Lampung. Menulis puisi, cerpen, esai dan artikel. Buku puisinya berjudul Denting Jam Dinding (2019/Al-Qolam Media Lestari). Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media cetak maupun online seperti Simalaba.com, Apajake.id, Kawaca.com, Radar Cirebon, Malang Post, Riau Pos, Radar Mojokerto, Banjarmasin Pos, Bangka Pos, Denpasar Post, Pos Bali, dan lainnya. Puisinya masuk dalam buku Negeri Rantau; Dari Negeri Poci 10 dan banyak antologi puisi lainnya.
Ia bisa ditemukan di Facebook : Imam Imron Khoironi, WA/Hp : 0858609086924, Youtube channel: Imron Aksa, Ig : @ronny.imam07 atau di www.duniakataimronaka.blogspot.com.