Menuliskan Namamu
seringkali aku menuliskan namamu, berulang-ulang
hingga menyerupai rajah yang memberiku kekuatan
membuka diri untuk setiap tengara yang kausampaikan
pada sore yang berkemas menyiapkan hari pertama
atau pagi yang menyembunyikan daftar kejadian
malam larut ke dalam segelas kopi instan
kureguk di bawah tempurung atap pertobatan
setiap yang kupandang terurai jadi huruf-huruf
dirangkaikan atmosfer yang kuhirup
jadi kalimat tanya yang kini melolong dalam nyawa
di ujung liwung rindu adalah gema gamelan
mengiring tembang pangkur kefakiran
kutuliskan namamu untuk melawan kehampaan
penindas yang sembunyi di balik hingar kenangan
2009
Kupinang Adamu
kumasuki mihrab para pecandu
yang syairnya muradif dengan sepiku
janganlah menunduk memadamkan khayaliku
biarkan ia menyala dan pendar kecilnya
menyatu di gugusan pijarmu
apa makna keberserahan ini?
adakah akar rumputan yang tak dipeluk debu?
kukenakan gerimis kulukai setiap gigilku
memburu hakikat kehangatan sangatlah menyiksaku
jangan bentangkan lagi jarak
meski selajur kerikil emas di bawah kakiku
beban ini telah menyatu dengan punggungku
dibayangi mendung di luas pencarian
tersendam di peluk kubur
kupinang adamu
dengan ketiadaan milikku
2009
Selepas Hujan
air tercurah ke dalam perigi
tersisa gerimis mekarlah kuncup melati
kebenaran dan ilusi memurnikan angkasa
dua kelokan menunggu di titik yang sama
ke bait sunyi pertapa telah kembali
iblis berlumang suram di sayap fajar bersembunyi
rumput dan kepingan berhala, jalan menanjak
lumut tua di sisa pagar tercampak
tak terpahat kata bijak, hanya segumul ciuman
mengambang di uap arak
2010
Puisi Cinta
ingin kupacari sepimu
agar sepiku punya teman
berbagi rindu
ingin kupinang dukamu
berbagi terang dari sumbu
yang satu
ingin kunikahi adamu
berumah di batas keliaran cahaya
di rerimbun waktu
yang sabar menunggu
2010
Sebagai Kata
:Ima Komala Dewi
sebagai kata aku telanjang
dalam tafsirmu
kerap ingin berkelindan
pada lirik lagu yang kausenandungkan
saat sore mengubah langit jadi ungu
atau ketika percakapan
menumbuhkan kerinduan
yang tak bisa kaulawan
usia menua, dan pengharapan
seperti pembatas buku
yang tak ingin beranjak ke halaman lain
pada lembar dimana tertulis puisi
yang tak menyakitimu
2014
*Lima puisi di atas di ambil dari buku berjudul “Hikayat Pendekar Tua” karya Nunu Nazarudin Azhar.
Nunu Nazarudin Azhar, lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 23 Agustus 1973.
Menulis puisi, cerpen, esai, fiksimini, naskah drama, dan karya jurnalistik dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia. Beberapa karya sastranya dimuat di majalah Sunda Manglé, mingguan Sunda Galura, tabloid Sunda Kujang, majalah Sunda Cupumanik, Kabar Priangan, Tribun Jabar, Pikiran Rakyat, Republika, Suara Pembaruan, tabloid Nova, Koran Tempo, majalah sastra Horison, Kompas, dll.
Buku karyanya yang telah terbit antara lain, Puisi, Cerpen, Esai, Carpon, Puisi Bahasa Sunda, Naskah Drama, dan lainnya.