Puisi-Puisi Jean Cocteau
Oleh Sajak Kofe
Kebangkitan
Kulihat mulut singa menganga
dan senyum ranum buaya muda,
air sungai mengaliri dusun-dusun;
di kepulauan rempah-rempah,
betapa elok nian bagai putra
seorang pelaut dan ratu janda.
Pelaut itu meninggalkan suara sirene,
sedang ratu meratap ke selatan pulau kecil;
inilah Diana yang tiba dari barak
bermimpi begitu singkat saat
fajar dan lentera hampir padam.
Tiba-tiba kami semua terbangun
dengan pakaian compang-camping.
Di Atas Ombak
Lelaki berkain rajutan garis-garis
membuat ombak bertunas–apakah ini badai?
Semua terombang-ambing.
Gadis berenang mencurahkan
isi perasaannya ke wuwungan langit.
Alunan waltz, menembus gerbong zamrud
saat mawar membengkak di patalnya;
komidi putar mebawakan kabar lagi,
musim bersemi di dasar laut.
Malaikat Heurtebise
I
Malaikat Heurtebise menaiki tangga
mendekapku dengan sayapnya
menebar sutra, menyegarkan ingatan.
Bengis, tidak bergerak, dan sendirian
memungut batu akik di atas sadel kuda
begitu supranatural.
II
Malaikat Heurtebise, mendekapku
dengan kebrutalan yang luar biasa.
Rekan, tolong jangan melompat
terlalu tinggi. Di sini bunga mekar
begitu anggun perawakannya.
Kau membaringkanku. Itu perilaku buruk.
Aku memegang kartu as, lihat!
Apa yang kamu miliki?
III
Malaikat Heurtebise mendorongku;
kau, Tuhan Yesus, dan belas kasihan.
Angkat aku, angkat aku lebih tinggi
lututmu yang runcing dan murni.
Lepaslah ikatan jempol dari talimu!
Aku sedang sekarat.
IV
Malaikat Heurtebise dan malaikat
Cegeste terbunuh dalam perang–
sungguh menakjubkan peristiwa itu.
Lebih baik menjadi orang-orangan
daripada memiliki sikap menakutkan.
Pohon ceri tumbuh di selingkung gereja
rerantingnya bergerak-gerik ditiup angin.
V
Malaikat pelindungku, Heurtebise;
aku menjagamu, aku memukulmu,
aku menghancurkanmu. Setiap jam
aku dibentuk sebagai pelindungmu.
Berjaga-jagalah di musim panas!
Namun, aku menantangmu jika kau lelaki
akui saja cantikmu, wahai bidadari putih!
Pada gambar, kau abadi bersama
dentuman magnesium.
Karamel Lembut
Ambillah seorang gadis muda,
isi dia dengan es dan gin
aduk semuanya sampai menyatu padu
dan kembalikan dia ke keluarganya
halo, halo, operator jangan putuskan aku.
Ah! Betapa sedihnya menjadi raja binatang,
tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun
oh, cinta ialah kejahatan terburuk!
Ambillah seorang gadis muda,
isi dia dengan es dan gin
taruh sedikit angostura di mulutnya
aku mengenal seorang pria yang tidak bahagia dalam cinta
siapa yang memainkan Nocturnes karya Chopin dengan drum?
Halo, halo, operator jangan putuskan sambungan ini
aku sedang berbicara dengan... aku sedang berbicara dengan... halo, halo?
Tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun.
Tidakkah kau menemukan beberapa lukisanku...?
Kami memberi tahu anak-anak untuk mencuci tangan
namun tidak pernah menyuruh mereka mencuci gigi...
dengan karamel yang lembut–
Toreador
Pepita Ratu Venesia
saat kau berada di bawah tribun
para pendayung gondola memanggilmu:
awas –Toreador!
Tidak ada yang menguasai hatimu
di istana agung, tempat kau berbaring
dan di dekatmu pembantu tua menunggu
untuk menyaksikan pertunjukan Toreador.
Toreador, si paling berani dari semuanya
sesuatu bisa terjadi di Piazza San Marco.
Banteng liar dan jorok
jatuh terhunus oleh pedangmu sendiri
bukan kebanggaan menghampiri
isi hatimu di bawah jubah emas
bagi seorang dewi muda
saat gairah membara, Toreador.
(Menahan diri)
Gadis Spanyol yang cantik
di gondolamu
berdansa dan berjingkrak
carmencita
di bawah mantilamu
mata berbinar
mulut bersinar
dihiasi Pepita–si biji labu kecil.
Besok adalah Hari Saint Escurio,
dia akan bertarung sampai mati
layar-layar memenuhi kanal
merayakan Toreador yang
melebihi keindahan Venesia
gemetar aku mengetahui takdirmu
tapi mengapa benci tali-tali sepatu mereka,
apa kau menderita, Toreador?
Sebab aku tidak melihat kemunculanmu,
kau sembunyi di balik pohon jeruk,
sedang Pepita sepi sendiri di jendela
kau cuma berpikir tentang balas dendam.
Di bawah kaftan kau menyelip belati
kecemburuan menggerogoti hatimu
dan kesendirian bercampur deru ombak
kau menangis penuh kesedihan.
Begitu banyak penunggang kuda!
Kerumunan pun kian membuncah!
Memenuhi arena hingga batas
orang-orang terus berdatangan ke liga
apa untuk menghiburmu?
Toreador! Dia memasuki arena
dengan ketenangan melebih tuannya,
namun hampir tidak bisa berjalan
oh, Toreador yang malang.
Mimpi suram enggan menghampiri lagi
daripada mati di depan mata orang-orang
lebih baik dia merasakan tusukan tanduknya;
di atas alis ada sedih dan pilu
dia melihat Pepita yang duduk di sana,
menawarkan tatapan dan tetubuh
pada pelabuhan tua Venesia
kudengar ratapan Toreador yang malang.
Jean Maurice Eugène Clément Cocteau, (5 Juli 1889 – 11 Oktober 1963) adalah penyair, novelis, penulis drama, perancang, manajer tinju, penulis drama, dan pembuat film prancis. Karya-karya banyak ditampilan di teater-teater di banyak tempat. Pndekatannya yang tak biasa serta karyanya yang banyak membuatnya memperoleh pengakuan internasional.
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Cocteau
https://m.mediaindonesia.com/sajak-kofe/570564/puisi-puisi-jean-cocteau