SAAT AKU KALAH MAIN GUNDU
Jemari Ibu adalah hutan keteduhan
Sedang belainya adalah samudera kasih
Untukku rerumputan yang layu.
2020
KUCING HITAM DALAM DIRI
Buat: Ihya Nur Fawa'id
Ada kucing hitam dalam diri
mengendap-endap ia di sisa malam,
menari-nari ia dalam kepala
yang dingin
yang Senin
yang kerap kali tak punya warna merah.
Kucing hitam dalam diri senang kali pergi ke bulan,
berlompatan di antara bintang-bintang,
berlarian di cincin Saturnus,
dan lupa perihal aljabar
atau dapur Ibu yang mati tungkunya
yang tinggal arang di penghujung usia.
Sesekali
kucing hitam dalam diri menyesap cawan duka,
menapaki setapak tanya dalam rimbun kepala
yang riuh dan gaduh.
Sering kali
kucing hitam dalam diri gamang memandangi kenang,
menelusuri hutan sunyi yang hujan
tanpa jaket tanpa hoodie:
Ayah dan tawanya jadi masuk angin paling nyeri.
Mendikte kucing hitam yang bebal dalam diri:
1.
Aku ingin memasang denting lonceng di lehermu
yang kerap sakit, yang linu seluruh,
biar manis ia, jadi punya penanda.
2.
Aku ingin menanam paku payung di kepalamu yang penuh
kucing hitam mesti sadar, ada cita yang hilang kendali,
terpancang teguh pada asa dan kibar doa.
3.
Aku ingin menyimpan kasur di hatimu yang sepi
kucing hitam perlu tahu, lelah butuh tempat tuk teduh dan
luka cuma bungkus permen kis di waktu lalu.
2022
ES KRIM
Aku adalah sepotong es krim
yang leleh
dari tawa dan duka
yang lebur
dalam diri dan sesal
yang belepotan
di jejak-jejak perjalanan.
Aku, sepotong es krim
yang dingin
dan manis.
2022
DINO-DINO DI LANGIT
Pada tanggal sebelas
Bulan enol satu
Tahun dua dua
Ditemani tetes hujan yang sama
Ada jauh yang terasa lekat.
Entah tentang kamu atau dino
Keduanya terasa menyebalkan.
Kamu riang bertualang
Seru kali bermain kesatria dengan triceratops
Lalu asyik seluncuran di leher brachiosaurus
Main kejar tangkap dengan tyrannosaurus
Dan mandi air bareng Liopleurodon.
Melihat tingkahmu
Aku ingin jadi dino-dino di langit
Terbang beriringan dengan pterosaurus
Sambil memaki.
2022
AKU DIMINTA MEMBUAT PUISI
Buat: Tegar TP
[1]
Aku diminta membuat puisi di antara meja kerja yang bertumpuk lelah
sedang hutang dalam kepalaku berlari liar
menyalak ia seperti anjing dari rumah mewah
yang tak pernah kenal ramah tamah.
Ada
laba-laba di tepian jendela sedang menjalin serapah
jadi jaring-jaring yang lengket:
menari-nari ia menemukan aku terjerat,
makin erat.
[2]
Aku diminta membuat puisi di dini hari yang lengang
saat sedang menyeduh luka dengan air panas
yang uapnya jadi candu paling pilu
yang hangatnya jadi peluk paling syahdu.
Aku
memandangi langit-langit kamar dan
berdialog dengan diri
lalu sepi tak lagi jadi tempat paling riuh.
[3]
Aku diminta membuat puisi di waktu pagi
ketika stok tawaku kosong,
ketika tak ada pedagang bubur cikini di sudut gang,
dan ketika hari terasa panjang.
Tak ada yang usai kutulis
sebab
di hari-hari yang mendung
Aku tak pernah bisa membuat puisi.
2022
Arifatul Hikmah, lahir di Cirebon pada 23 Oktober 1999. Dapat ditemui di akun Instagram @arifahrima.