Lih Pujaan Yang Tersipu
Kutatap sekali lagi
Barangkali jendelaku yang tertutup rapat
Sehingga kau sulit untuk menatap
Kulihat sekali lagi
Ternyata kau menatap
Dari atap yang sangat jauh
Menyongsong jarak, menguping sorak
Dari ramai yang berkumandang, ternyata kau teriak
Meski samar-samar kudengar
Dari beberapa tutur para pengantar pesan
Kudengar kau pun terpesona oleh elok kata-kataku
Lih, aku mendengar itu dari sahabat dekatmu
Aku tersipu, ternyata rasa kita berdegup di waktu yang sama
Kau malu-malu aku pun tersipu.
Lih, datanglah
Meski dengan luka
Meski penuh dengan dosa
Aku menerima
Asal kau yang melamar
Orator Penjajah Hati
Sewaktu itu aku menatap,
Dari bawah kolbak, kau teriak
Menggoblok-goblokan sistem negeri para jongos kolongan
Aku menganga, melihat kharisma dari tubuh yang berdiri tegak
Mengangkat tangan telunjuk, melambangkan ketauhidan
Dari mana asal tampanmu?
Dua tahun aku menatapmu, terpukul oleh satu waktu
Demo di jalanan menyadarkanku,
Bahwa dirimu begitu mengesankan
Sang orator, penjajah hati
Liar Yang Tak Biasa
Sebab beberapa luka,
aku menyerah
Sebab beberapa cinta yang berdusta,
aku tak percaya
Sebab apa yang pernah kujaga,
Pernah membebaskan diri
Kini aku menjadi trauma,
Atas segala rasa yang pernah kusenangi
Aku lebih memilih untuk tak merasa lagi
Tangan Paduka
Jangan menghilang,
Aku tak mau cacat tercetat-cetat
Tanganku tak bisa memangku
Jika tanpa tanganmu
Paduka, sekian ribu luka aku bersamamu
Menggenggam tangan kecilku,
Tak bisa kuterima, jika kau pergi
Meninggalkan jiwa ini sendiri
Dengan dua tangan tanpa menggenggam
Sekian paduka,
Sekali lagi aku memohon
Untuk tetap menggenggam
Memangku luka
Dan membahterakan rasa
Jiwa Pengemis
Memungut-mungut tawamu pada awan
Mengais-ngais sisa senyummu pada rembulan
Mengail-ngail sorot matamu pada temaram
Mengoyak-ngoyak sisa tuturmu pada genangan
Adalah jiwa pengemisku yang paling tabah
Kira-kira seperti itulah aku, saat kau pergi tanpa permisi
Dini Silvia, lahir di Tasikmalaya 15 September 2001, hobi membaca dan menulis. Bercita-cita menjadi sastrawan namun ditakdirkan kuliah mengambil jurusan akuntan. Aktivis literasi, pernah menjabat sebagai ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Literasi Triguna Tasikmalaya. Pengalaman menulis pernah menerbitkan buku antologi bersama penulis best seller Ahmad Rifa’i Rif’an yang berjudul "Selamat Tinggal Masa Lalu" buku Antologi Artikel Islami yang berjudul "Mencatat Perjuangan Menggenggam Peradaban" Buku Antologi Puisi "Momen Yang Dirindukan" serta buku yang baru terbit berjudul "Judul Yang Terkabul." Jejak kepenulisannya pun sering kali tinggal di akun instagram-nya @dn_silviaa.