Jika Kau Mau
Indra Rahayu
Aku tak butuh gerai
rambut panjangmu
bergelayut di pundakku
tapi jika kau mau
mengayunlah!
Aku tak butuh menyusuri
sintal tubuhmu
tapi jika kau mau
menggeliatlah!
Aku tak butuh gincu
mendarat di bibirku
tapi jika kau mau
kecuplah!
Fatamorgana
Sirri Shofia Z
Tuhan pun dekat
Namun aku melenyap
Semakin mengenal aku
Semakin dalam mengaku-ngaku
Aku Bersamamu
Agustin W.R.
Ada yang meniupkan rindu
Pada hening kota malam
Merebah di tiap sudut taman
Aku rebah bersamamu
Berbincang perihal aku yang tercampakan
Serupa daun kering disapu riwut
Kepada sang penjaga alam
Rengkuh
Wildan Faiz
Pada lelap pejam mata
Kecamuk pikiran menerka makna.
Gontai lesu dihunjam rasa
Langkah Adam mengentak jiwa.
Dada sakit atma luka.
Hawa ditawan jarak
Dalam senyap ruang batin,
rindu meringkuk sendirian.
Dalam cemas ruang kalbu,
cinta menjamur kesepian.
Riuh-hening
Robby Dwi P.
Bumi miris
Tersaji riuh di jalanan
Tersimpan hening di cakrawala
Kini matahari tertutup
Hingga membuatnya suram
Kini bumi meringis
Dipaksa melihat sebelah mata
Dengan utuh pun kita tak dapat melihat
Apakah Tuhan
Tak mendengar doa-doa pinggiran
Hanya mengabulkan kematian?
Al-Kafirun
Ilham Sirojudin
Rambutmu dalam saku kemejaku
Setelah tahi lalat di wajahmu riang
Menyaksikan bibir kita sedang bermesraan
meski matamu menulis secarik luka
kepada Tuhan kita yang berbeda.
Doa
Euis Suryaningsih
Bunda, mereka berlarian
Hendak menjemput kalimatmu
Setelah kata-kata beterbangan dari bibirmu
Berkumpul dalam telapak tangan
Kemudian berpencar menuju Tuhan
Ratu Renjana
Ine Rahmatunnisa
Samar-samar nada sumbang
Penuh dengkingan di ruang dapur
Dentingan hujan membuat muram
Pada tiang jemuran
Derap langkah menjadi berat
Nafas berburu menyerobot ruang tamu
Aku sibuk menyelam di balik selimut
Sambil memeluk lutut
Ratu renjana di balik pintu
Menyebut julukan budak durhaka.
Antar Aku ke Laut
Annisa Firsty
Biar mereka antar tubuhku ke laut
terhantam karang, dilempar-lempar ombak
mati sebagai raga, dimakan ikan-ikan
Namun sebagai manusia, merdeka
Akan kuikhlaskan tubuhku pada laut
Agar panjang umur kuasamu
Karena cintaku terlalu pribumi
Bagi ketakhtaanmu
Maka, biar laut telan aku
Punah
Sehingga nyawa ini dikenang air
Yang abadi diceritakan puisi
Dan kisah ini didengar angin
Yang akan menghantarkanku
ke rahim ibu yang baru
Siasat Rindu
Silva Zent N.
Aku melihat wajahmu pada kertas yang kucetak
Untuk menyiasati kerinduan
Kesepian membunuhku secara perlahan
Kereta berlarian di rahangmu yang tegas
Gigiku bergemeletuk
Dalam urat kenangan
Para penulis merupakan peserta Residensi Penulisan Sastra dan Festival Sastra Yayasan Langgam Pustaka Indonesia dan Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.