Tidak Pernah Ada Kematian dan Lain-Lain

09/08/2024

 

Menyelesaikan Dua Keputusan

Ia yang mengendarai angin, menundukkan arah 
dari atas papan yang melaju ke titik berantah 
—telah ditinggalkannya kuda bersayap itu.

Telah terpuji ayah—anak itu sebab keputusan
atas ladang yang rusak akibat ternak kaumnya
    —telah kami ilhami keduanya.

Atas seteru dua ibu; sebelum pisau membelah
lambung seorang bayi yang diperselisihkan.

2024

 

Menyaksikan Dua Ibu

Ia tiada bersuami: melahirkan di tahun penuh darah, menyusui
penuh kegelisahan, dan menghanyutkan bayi merah yang kelak
kelu lidahnya. ia menanggung rahasia dengan hati yang kosong
—tepi di belahan mana yang menyambut peti kayu itu.

Ia bersuami setengah tuhan: memungut musuh yang merontokkan
janggut dan menenggelamkan bala tentara. tetapi, cinta kasihnya
memang tiada berteluk. tumbuh bayi merah itu dalam purnama.

2024

 

Tidak Pernah Ada Kematian

Mahaguru janggut putih—kerut keningnya mengingatkanku 
kepada teknokrat abad dua puluh yang dapat menerbangkan
besi antarbenua—selama ia mengaji di surau dan memimpin
negeri para ninja, tidak sempat mengambil sanad edo tensei
dari seorang nabi yang ditakdirkan lahir tanpa suara ayah.

Ia pulangkan arwah itu dalam jampinya; bibir tua 
yang merapal nama-nama leluhur, lalu berkata:

Ibu, mari kita rayakan kehidupan sekali lagi.

2024

Sebuah Rahasia, 1

Ia yang duduk, melintas, membekasi jejak di atas rumputan kering
meninggalkan hijau tak bernama yang menutupi putih layu daunan
    ia menyimpan rahasia laduni, ketika seorang anak
    menghampiri, lantas patah lehernya seketika itu.

Inilah wahyu suci yang tajali, hai anak
terjaga dalam fitrah sebelum usia balig
    agar selamat ayah-ibumu

Demikianlah kaifiat membaca masa
meski seorang murid menggugatnya.

2024

 

Sebuah Rahasia, 2

Dua yatim mengasihani diri di balik dinding rumah yang miring
barangkali angin besar, hewan buas, atau licik para penyamun 
yang singgah lalu merenggut nasib keduanya secara bengis.

Ia yang tak mendapat jamuan di kota itu, setengah payah
mengokohkan pondasi, membetulkan posisi dinding miring
penanda dari seorang ayah yang bermigrasi ke alam asing lain.

Meski sekali lagi, seorang murid mengadilinya.

2024


Imam Budiman, kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur. Biografi singkat tentang dirinya termaktub dalam buku: Apa dan Siapa Penyair Indonesia (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017); Ensiklopedia Penulis Sastra Indonesia di Provinsi Banten (Kantor Bahasa Banten, 2020); dan Leksikon Penyair Kalimantan Selatan 1930–2020 (Tahura Media, 2020). 
Beberapa karyanya tersebar di berbagai media cetak nasional seperti: Tempo, Media Indonesia, Republika, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Nusa Bali, Majalah Sastra Kandaga, dll. Pemenang terbaik pertama dalam sayembara cerita pendek pada perhelatan Aruh Sastra 2015 dan Sabana Pustaka 2016.
Pada tahun 2017 mendapat Penghargaan Student Achievement Award, kategori buku sastra pilihan, dari Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta ia meraih beasiswa kuliah singkat Klinik Menulis Fiksi di Tempo Institute tahun 2018.
Buku kumpulan puisinya: Kampung Halaman (2016) serta Salik Dakaik; Mencari Anak dalam Kitab Suci (2023). Saat ini, mengabdikan diri sebagai Guru Bahasa dan Sastra Indonesia serta Ketua Tim Perpustakaan—Literasi Pesantren Madrasah Darus-Sunnah Jakarta.