Wanita Perayu Tuhan dan lain-lain

28/06/2024

Kain Sekolah Abang

 

Kata tetangga,

Dua tahun kurang, bukan jarak ideal perbedaan usia

Belum lagi menyentuh balita, abang sudah disusul tiga adiknya

 

Ibu menaruh hormat pada tiap kata yang diumpat

Memikul lara di tiap-tiap kaca etalase kedai lontong kami

Sementara Bapak masih menanti dengan berbagai harap; dipanggil kerja angkat oleh orang pasar

 

Abang mulai meninggalkan balita,                           

Menangis-nangis meminta disekolahkan seperti yang  seusianya

Sementara, jasa tukang angkat sudah tidak lagi larat

Tangis Abang memecah, terdengar hingga kampung sebelah

 

Uni  Sati, toke sawit kampung kami

Datang berbondong-bonding dengan kain sekolah kanak-kanak yang pudar warna

Kepunyaan sulungnya lima tahun lalu

Sebagai bukti membalas iba, kepada Bapak yang sering dipanggil kerja

 

 

Kain Sekolah Abang (2)

 

Bapak senang bukan kepalang

Abang bisa disekolahkan juga minggu depan

Tapi, setelah sehari sekolah, Abang bilang:

“mengapa baju abang tidak sama warnanya dengan yang lain?”

Bapak hanya membalas senyum menelan ludah,

Bapak tidak bisa bersandiwara pada anak sulungnya:

Orang suruhan hanya berhak berpakaian lusuh-lusuh

Katanya, memang begitu kodrat etika.

 

Di tahun kemudian,

Kain sekolah Abang yang lusuh sampai juga pada gadis kecil

Berkali-kali kucoba layangkan gugatan kepada Ibu

“Ini bukan baju perempuan, ini baju laki-laki”

Kata Ibu “tidak apa-apa, pakai saja dulu selama menunggu Bapakmu ada uang”

Namun, hingga menuntaskan pendidikan pertama, uang bapak belum juga tampak hilalnya.

 

 

Wanita Perayu Tuhan

 

Sudah berkali-kali busur pahit menyucuk setiap hela nafas,

Wanita paruh baya terengah-engah antara duka dan sengsara

Nasihat Bapaknya kian kemari agar jangan pernah mengemis iba,

Selain dalam tiap-tiap kepulan doa saja

 

Wanita paruh baya tengah mengadu pada Tuhannya,

Perkara tungku api di dapur yang tak lagi berasap

Perkara ternak ayam yang mati sia-sia digulat ular sawah

Perkara ladang warisan yang sudah tiga tahun enggan berbuah

 

Wanita paruh baya sedang merapal doa-doa

Doa kesembuhan,

keselamatan,

kebahagiaan

Kemudian menyisipkannya sedikit dalam ruang sunyi dan kertas kosong

Katanya, doa-doa untuk anaknya suatu masa

Sebab yang ia tau, orang tak berpunya tidak berhak menulis wasiat pusaka

Sebab kata Bapaknya, orang tak berpunya tak berhak menuliskan apa-apa selain doa

 

 

Dari Gerbong ke Gerbong

 

Di gerbong pertama

Wanita tua dengan garis keriput merias wajah dengan segala do’a

Merampungkannya dalam kepulan tangan berakar,

Lalu mengikatnya erat pada pundak gadis lusuh berbaju kumuh

 

Di gerbong kedua, bangku baris kanan

Lelaki berpakaian bagus dengan jas kulit menyilau

Saling mencontek pada do’a yang sama

Hanya saja bedanya, dititipkan pada pundak gadis frustasi yang dibekali properti

 

Antara deru kereta, gerbang satu dan dua serta pemisahnya

Kedua gadis saling terikat garis

Pasal rautan sengsara yang tragis

 

Antara deru kereta, gerbong satu dan dua serta pemisahnya

Kedua gadis saling beradu tangis

Pasal talian nasib yang bengis

 

 

Perkara

 

Anangkara sudah bicara  pada Pandu laksana

Perkara Milara, gadis yang meminta agar segala janji dipaksa

Anangkara murka

Pandu laksana bungkam saja, sebab Milara anak seorang datuk berpunya.

 

Anangkara sudah bicara pada Pandu laksana

Perkara Sati si gadis bisu yang pincang adat dan tak berbudaya

Anangkara tak dapat murka

Sebab, Pandu laksana sudah bicara

bahwa Sati memang gadis yang lahir dengan kebiadaban adat nenek moyangnya

 

Anangkara sudah bicara pada Pandu laksana

Perkara dayang-dayang nan menggerinda tiap sudut tanah pusaka

Anangkara hanya menjawab dengan sujud pada Tuhannya.

Katanya, perkara pusaka kita diberi kuasa.

 

 

Rosidatul arifah, Mahasiswi aktif Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. Bergiat di Labor Penulisan Kreatif LPK FIB Unand.  Beberapa tulisannya telah dimuat dalam surat kabar dan platform digital seputar sastra daan kebudayaan. Akun media sosial : rosidatul_arifah (instagram)