Judul: Hikmah wasiat dan ijazah do’a KH. Busthomi : Pondok Pesantren Bahrul Ulum Awipari
Penerbit: Langgam Pustaka
Pengarang: A. Mahrus MS
Tahun: 2024
Buku: 119 halaman | 13 x 20 cm
ISBN: 978-623-8521-28-9
Website: https://www.langgampustaka.com/
Email: langgampustaka@gmail.com
KH. BUSTHOMI, seorang kiai bersahaja dan tawadlu ini dilahirkan pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal 1322 H atau 8 Februari 1904 M dari pasangan KH. Muhammad Qusos (Mama Haji Masduki), Muassis Pondok Pesantren Islam Awipari dan Hj. Siti Juhronah, seorang pe-ngusaha yang berasal dari Pangadegan, Tasikmalaya. Nama Busthomi diberikan oleh ayahnya, Mama Haji Masduki sebagai tafa’ul terhadap seorang sufi yang bernama Syekh Abu Yazid al-Busthomi (w. 264 H./877 M.).
Sebagai ulama yang banyak melahirkan banyak murid yang kelak menjadi ulama besar di Jawa barat pada masanya, nama KH. Busthomi tidak banyak diekspose dalam literatur sejarah kepesantrenan. Sebut saja diantaranya KH. Choer Affandi atau Uwa Ajengan Choer (muassis Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya, KH. Mansoer (salah satu tokoh asal Kuningan yang ikut mendirikan MUI Jawa Barat), KH. Najmudin atau Apa Ajengan Ahmaji (muassis Pondok Pesantren Hidayatul Ulum Awipari Tasikmalaya), KH. Usman Fadillah (tokoh ulama/masyarakat dari Salopa Tasikmalaya), KH. Muchtar Gozali (tokoh ulama/masyarakat dari Cintaraja Singaparna Tasikmalaya), KH. Endang Ajidin (Kasepuhan Pamijahan Tasikmalaya), KH. AE. Bunyamin (tokoh ulama/masyarakat Kota Tasik-malaya) dan masih banyak lagi tokoh ulama/masyarakat lainnya.
Melalui risalah ini, penulis mencoba menyampaikan hikmah wasiat dan do’a yang diijazahkan KH. Busthomi kepada murid-muridnya.