Judul: Cinta, Kopi, dan Kekuasaan: Kesaksian Nyai Apun Gencay
Penulis: Saep Lukman; editor: Faisal Syahreza
Buku: 13 x 20 cm | 194 halaman
Tahun: 2025
Inilah yang ditampilkan Apun Gencay. Tafsir berbeda tentang sejarah kopi di Cianjur. Bahkan bertolak belakang dengan apa yang diyakini para bangsawan Priangan. Apun Gencay adalah kisah dari sudut pandang petani yang kalah dalam pertarungan zaman. Orang-orang yang tercerabut dari akar kebiasaan bertani dan hidupnya – dari talun ke monokultur-, karena kedatangan modal Belanda yang ingin meraup untung dari pasar dunia. Petani yang gelisah dan terpaksa bangkit melawan, karena penguasa lokal yang diharapkan melindungi, telah jatuh jadi kaki tangan Badak Putih.
Apun Gencay tidak mengobarkan revolusi. Ia dan kekasihnya, Yudira, mengubah perlawanan itu menjadi panggilan pribadi, dan menanggung risikonya dalam kelindan cinta yang romantis. “Diantara bayang-bayang dan gemerlap bintang, cinta kami menemukan bentuknya. Sebuah gairah yang melawan segala yang coba membelenggunya.” Dan Yudira pun nekad menghujamkan condre – senjata khas Cianjur – ke dada bupati, meski ia sadar risiko yang dihadapinya : tubuhnya lebur dicincang tentara Belanda.
